Entri Populer

Kamis, 23 Desember 2010

LAPORAN PKL STC

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dunia tumbuhan dibagi menjadi 5 divisi yaitu : Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta. Dari kelima divisi tersebut Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, dan Pteridophyta, digolongkan dalam tumbuhan tingkat rendah karena struktur tumbuhan tersebut masih sederhana. Sedangkan divisi Spermatophyta merupakan tumbuhan yang paling tinggi tingkatanya, sehingga digolongkan dalam kelompok tumbuhan tingkat tinggi.
Berdasarkan struktur, bentuk dan cirri yang dimiliki oleh masing-masing divisi, tumbuhan tersebut masih dapat dibagi dalam berbagai tingkatan dan golongan mulai dari tingkat bawah divisi yaitu kingdom hingga tingkat yang paling rendah yaitu spesies.
Penggolongan tumbuhan ini dapat dilakukan melalui beberapa tahap yaitu dengan identifikasi, determinasi, deskripsi, dan klasifikasi. Khusus untuk golongan tumbuhan tingkat rendah, langkah identifikasi, determinasi, deskripsi, dan klasifikasi memerlukan ketelitian yang tidak kalah penting dengan identifikasi, determinasi, deskripsi, dan klasifikasi pada tumbuhan tingkat tinggi.
Proses identifikasi, determinasi, deskripsi, dan klasifikasi dapat dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan dengan mengamati secara langsung masing-masing spesies dari tumbuhan. Pengmatan langsung di lapangan akan memberikan pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas bagi para mahasiswa guna membandingkan teori dengan fakta di lapangan.
Dengan pengamatan langsung di lapangan dapat diketahui sifat, ciri, struktur masing-masing spesies, sehingga dapat ditemukan klasifikasi dari spesies yang kita identifikasi dengan itu kita dapat mendeskripsikan spesies tersebut.
Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan di pantai Krakal Yogaykarta, karena lokasi ini sangat cocok dan banyak sekali ditemukan spesies dari divisi Algae.
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengenal jenis-jenis dan habitat Algae yang ada di Krakal Yogyakarta.
2. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi, determinasi, klasifikasi, dan mendeskripsikan Algae, Bryophyta, dan Pteridophyta yang diamati.
3. Mahasiswa mampu mengkaitkan teori dan praktik berdasarkan fakta yang ada di lapangan.
C. MANFAAT
1. Dengan diadakannya PKL ini dapat memberikan manfaat bagi praktikan secara langsung yaitu, memberikan pengalaman belajar secara langsung dengan mengkaitkan antara praktik dengan teori yang didapat dikelas.
2. Praktikan dapat mengenal jenis-jenis Algae, Bryophyta, dan Pteridophyta yang tidak hanya dicontohkan dikelas.
3. Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan tentang luasnya pengetahuan dan banyaknya macam Algae yang dapat ditemukan di Krakal.
4. Bagi dosen dan asisten dapat menemukan jenis Algae yang baru yang dapat digunakan sebagai bahan penelitian.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Campbel (2001), menyatakan bahwa Bryophyta atau tumbuhan lumut merupakan tumbuhan yang tingkat perkembangnya lebih tinggi daripada Thallophyta. Pada umumnya memiliki warna yang benar-benar hijau karena mempunyai sel-sel dengan plastid yang mengandung klorofil a dan b. kebanyakan hidup di darat dan sel-selnya memilki dinding yang terdiri atas selulosa.
Kimball (1990), menyatakan bahwa tumbuhan lumut disebut juga tumbuhan gametofit. Pada tumbuhan lumut menghasilkan organ reproduksi jantan yang disebut anteridium dan berisi sperma. Juga menghasilkan organ reproduksi betina disenut arkegonium berbentuk botol, dan menghasilkan ovum. Tumbuhan lumut merupakan generasi gametofit yang membentuk gamet-gamet untuk melakuakan reproduksi seksual dan sebagai generasi sporofitnya adalah protonema yang menghasilkan spora.
Suwarno (2009) menyatakan bahwa Bryophyta berasal dari bahasa Yunani, katabryum yang berarti lumut danphyta artinya adalah tumbuhan. Tumbuhan lumut memiliki ciri-ciri:
a. Memiliki habitat di daerah yang lembap.
b. Tumbuhan lumut merupakan peralihan dari thallophyta ke cormophyta, karena tumbuhan lumut belum memiliki akar sejati.
c. Akar pada tumbuhan lumut masih berupa rhizoid, selain itu tumbuhan ini belum memiliki berkas pembuluh angkut xylem dan floem, sehingga untuk mengangkut zat hara dan hasil fotosintesisnya menggunakan sel-sel parenkim yang ada.
d. Tumbuhan lumut memiliki klorofil atau zat hijau daun sehingga cara hidupnya fotoautotrof.
e. Tumbuhan lumut dalam hidupnya dapat bereproduksi secara aseksual dengan pembentukan spora haploid dan reproduksi seksual dengan peleburan gamet jantan dan gamet betina.
f. Dalam siklus hidupnya atau metagenesis tumbuhan lumut, akan didapati fase gametofit, yaitu tumbuhan lumut sendiri yang lebih dominan dari fase sporofit, yaitu sporogonium.
Sulistyorini (2009) menyatakan bahwa tumbuhan yang termasuk dalam divisi Bryophyta mempunyai beberapa ciri, antara lain, telah mempunyai lapisan pelindung (kutikuladan gametangia), struktur tubuhnya mempunyai generasi gametofit, sperma diproduksi oleh anteridium dan ovum diproduksi oleh arkegonium. Lumut biasa hidup di tempat-tempat yang lembap dan tidak terkena cahaya matahari, seperti dinding bata basah, tebing, atau di kulit kayu yang lembap. Tumbuhan lumut belum mempunyai batang, daun dan akar yang sebenarnya, tetapi sudah memiliki buluh-buluh halus semacam akar yang disebut rizoid. Selain itu, lumut juga sudah memiliki klorofil.

Widayati (2009) menyatakan bahwa lumut memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan tumbuhan lain. Lumut merupakan tumbuhan dengan ukuran relatif kecil, tingginya 2 sampai 50 cm. Tubuhnya tidak memiliki akar, batang, dan daun yang sebenarnya, tetapi mempunyai bagian yang menyerupai akar (rizoid), batang, dan daun. Pada beberapa jenis lumut hati atau lumut tanduk tubuhnya masih berupa talus (lembaran). Rizoid adalah struktur menyerupai rambut atau benang-benang yang berfungsi untuk melekatkan tubuh pada tempat tumbuhnya dan menyerap air serta garam-garam mineral. Rizoid ini terdiri dari satu deret sel yang memanjang, terkadang dengan sekat yang tidak sempurna.

Heywood (2003) menyatakan bahwa warga tumbuhan paku amat heterogen, baik ditinjau dari segi habitus maupun cara hidupnya, lebih – lebih bila diperhitungkan pula jenis paku yang telah punah. Ada jenis – jenis paku yang sangat kecil dengan daun – daun yang kecil – kecil pula dengan struktur yang masih sederhana, ada pula yang besar dengan daun – daun yang mencapai ukuran panjang sampai 2 m atau lebih dengan struktur yang rumit. Tumbuhan paku purba ada yang mencapai tinggi sampai 30 m dengan garis tengah batang sampai 2 m, dari segi cara hidupnya ada jenis – jenis paku yang hidup teresterial (paku tanah), ada paku epifit, dan ada paku air. Dimasa yang silam (jutaan tahun yang lalu), hutan – hutan di bumi kita terutama tersusun atas warga tumbuhan paku yang berupa pohon – pohon yang tinggi besar, dan kita kenal sisa – sisanya sekarang sebagai batu bara. Jenis – jenis yang sekarang ada jumlahnya relative kecil (lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah warga divisi lainnya) dapat dianggap sebagai relic (peninggalan) suatu kelompok tumbuhanyang dimasa jayanya pernah pula merajai bumi kita ini, yaitu dalam zaman paku (Palaeozoicum). Jenis – jenis yang sekarang masih ada sebagian sebagian besar bersifat higrofit. Mereka lebih menyukai tempat – tempat yang teduh dengan derajat kelembaban yang tinggi, paling besar mencapai ukuran tinggi beberapa meter saja, seperti terdapat pada marga Cyatheadan Alsophila, yang warganya masih berhabitus pohon dan kita kenal antara lain di Indonesia sebagai paku tiang.
Budiati (2009) menyatakan bahwa lumut belum memiliki berkas pembuluh sejati (jaringan pengangkut air dan makanan tidak dapat dibedakan menjadi xilem dan floem). Organ penyerap hara dan organ fotosintetik dapat dibedakan dengan mudah, namun belum memiliki akar dan daun sejati. Organ penyerap haranya adalah rizoid. Daun terdiri dari beberapa lapis sel yang disebut mikrofil, umumnya tersusun rapat menutupi batang. Lumut tingkat tinggi telah memiliki sel-sel khusus yang mengangkut air yang diserap dari dalam tanah yang menyerupai xylem. Semua lumut bersifat fotoautotrof yaitu memperoleh makanan dengan fotosintesis karena daunnya mempunyai kloroplas yang mengandung klorofil a, klorofil b, dan karotenoid.

Tjitrosoepomo (2000), menyatakan bahwa pteridophyta mempunyai gametofit bersifat thalus, sporofitnya dapat dibedakan menjadi akar, batang, dan daun memiliki batang bercabang-cabang menggarpu, akar mempunyai kaliptra. Pada akar dan batang dijumpai berkas pengangkutan. Pteridophyta dapat tumbuh menjulang ke udara, ada yang berbentuk pohon dan dapat mencapai beberapa meter. Pteridophyta dibedakan menjadi 4 divisi yaitu Psillophytinae, lycopodinae, Equisitinae, dan Filicinae.
Moertolo (2004), Pada tumbuhan paku, yang biasa kita lihat adalah generasi sporofit. Pada awal musim panas, akan nampak bercak-bercak kecoklatan pada bagian bawah anak daun tumbuhan paku. Bercak-bercak tersebut disebut sorus dan berisi banyak sporangium. Jika kita lihat lebih dalam, di dalam sporangium ini terjadi pembelahan meiosis dari satu sel induk spora menghasilkan empat sel spora. Jika kelembaban menurun, sel-sel bibir berdinding tipis dari masing-masing sporangium terpisah dan anulus terbuka dengan perlahan-lahan, lalu dengan gerak yang cepat anulus meletik kedepan dan mengeluarkan spora-sporanya. Jika spora-spora ini sampai pada habitat yang sesuai, maka spora tersebut akan berkecambah membentuk benang-benang sel. Masing-masing spora akan tumbuh menjadi protalus yang dilengkapi dengan rizoid yang berfungsi untuk membantu penyerapan air dan mineral dari dalam tanah. Sel-sel protalus ini bersifat haploid dan merupakan generasi gametofit yang dewasa.
Prosea (2003), Tumbuhan paku dapat hidup dimana saja , pada daerah yang terkena sinar matahari langsung hingga tempat-tempat yang tertutup canopy hutan yang rapat, ditemukan juga di dataran rendah hingga pegunungan, pada kondisi tanah berair hingga kering pada iklim tropis hingga sub tropis. Namun demikian tumbuhan paku lebih menyenangi tempat-tempat yang sejuk dan memiliki kelembaban yang tinggi. Pada tempat semacam in populasi paku-pakuan menjadi sangat tinggi. Hutan hujan tropis yang memiliki kelembaban yang sangat tinggi ternyata merupakan salah satu rumah yang terbaik bagi tumbuhan paku. Diduga hutan ini kaya akan berbagai jenis paku-pakuan. Keragaman jenis paku-pakuan di dunia diduga sebesar 12.000 jenis dalam 225 genera dan di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 1250 jenis. Sementara Papua dengan hutan hujan tropis yang sangat luas diduga menyimpan 187 genera yang memuat sebanyak 1700 – 1800 jenis bahkan dapat lebih dari 2000 jenis.
Putra ( 2006 ), menyatakan bahwa Indonesia telah dikenal luas sebagai negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 km. Didalam lautan terdapat bermacam-macam mahluk hidup baik berupa tumbuhan air maupun hewan air. Salah satu mahluk hidup yang tumbuh dan berkembang di laut adalah alga.
Soerawidjaja ( 2005 ), menyatakan bahwa diitinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Di dalam alga terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral dan juga senyawa bioaktif. Sejauh ini, pemanfaatan alga sebagai komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain.
Setiawan ( 2004 ), menyatakan bahwa berbagai jenis alga seperti Griffithsia, Ulva, Enteromorpna, Gracilaria, Euchema, dan Kappaphycus telah dikenal luas sebagai sumber makanan seperti salad rumput laut atau sumber potensial karagenan yang dibutuhkan oleh industri gel. Begitupun dengan Sargassum, Chlorela/Nannochloropsis yang telah dimanfaatkan sebagai adsorben logam berat, Osmundaria, Hypnea, dan Gelidium sebagai sumber senyawa bioaktif, Laminariales atau Kelp dan Sargassum Muticum yang mengandung senyawa alginat yang berguna dalam industri farmasi. Pemanfaatan berbagai jenis alga yang lain adalah sebagai penghasil bioetanol dan biodiesel ataupun sebagai pupuk organik.
Harris ( 2001 ), menyatakan bahwa kemampuan alga dalam menyerap ion-ion logam sangat dibatasi oleh beberapa kelemahan seperti ukurannya yang sangat kecil, berat jenisnya yang rendah dan mudah rusak karena degradasi oleh mikroorganisme lain. Untuk mengatasi kelemahan tersebut berbagai upaya dilakukan, diantaranya dengan mengimmobilisasi biomassanya. Immobilisasi biomassa dapat dilakukan dengan mengunakan (1) Matrik polimer seperti polietilena glikol, akrilat, (2) oksida (oxides) seperti alumina, silika, (3) campuran oksida (mixed oxides) seperti kristal aluminasilikat, asam polihetero, dan (4) Karbon. Berbagai mekanisme yang berbeda telah dipostulasikan untuk ikatan antara logam dengan alga/biomassa seperti pertukaran ion, pembentukan kompleks koordinasi, penyerapan secara fisik, dan pengendapan mikro. Tetapi hasil penelitian akhir-akhir ini menunjukan bahwa mekanisme pertukaran ion adalah yang lebih dominan. Hal ini dimungkinkan karena adanya gugus aktif dari alga/biomassa seperti karboksil, sulfat, sulfonat dan amina yang akan berikatan dengan ion logam.
Ramellow ( 2000 ), menyatakan bahwa Alginat merupakan konstituen dari dinding sel pada alga yang banyak dijumpai pada alga coklat (Phaeophycota). Senyawa ini merupakan heteropolisakarida dari hasil pembentukan rantai monomer mannuronic acid dan gulunoric acid. Kandungan alginat dalam alga tergantung pada jenis alganya. Kandungan terbesar alginat (30-40 % berat kering) dapat diperoleh dari jenis Laminariales sedangkan Sargassum Muticum, hanya mengandung 16-18 % berat kering. Pemanfaatan senyawa alginat didunia industri telah banyak dilakukan seperti natrium alginat dimanfaatkan oleh industri tektil untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas bahan industri, kalsium alginat digunakan dalam pembuatan obat-obatan. Senyawa alginat juga banyak digunakan dalam produk susu dan makanan yang dibekukan untuk mencegah pembentukan kristal es. Dalam industri farmasi, alginat digunakan sebagai bahan pembuatan pelapis kapsul dan tablet. Alginat juga digunakan dalam pembuatan bahan biomaterial untuk tehnik pengobatan seperti micro-encapsulation dan cell transplantation.




BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat :
1) Sub divisi Algae
Waktu : 11.00-13.00
Tempat : Krakal Yogyakarta
2) Divisi Bryophyte
Waktu : 09.00-1100
Tempat : Taman gedung kesehatan D 1.1 UMS
3) Divisi Pteridophyta
Waktu : 15.00-16.00
Tempat : Di rumah Devi
B. Pelaksanaan PKL
1. Alat
a) Botol jeem
b) Alat tulis
c) Lembar pengamatan
d) Kamera
e) Buku flora
f) Label
g) Buku petunjuk praktikum
2. Bahan
a) Larutan formalin
b) Spesies yang di identifikasi
Sub divisi Algae : Ganggang hijau (Ulva sp)
Ganggang hijau (Halicystis sp)
Ganggang merah (Gracilaria sp)
Ganggang pirang (Padina sp)
Ganggang pirang (Turbinaria sp)
Ganggang hijau (Caulerpa sp)
Ganggang merah (Corallina sp)
Divisi Bryophyta: Lumut hati (Riccia sp)
Lumut daun (Andreaea sp)
Lumut hati (Riccia nutans)
Divisi Pteridophyta: Paku sejati (Nephrolepis exaltata)
Paku sejati (Polypodium polycarpon)
Paku sejati (Adiantum capillus)
Paku sejati (Polystichum filix)
Paku sejati (Nephrolepis biserrata)

3. Cara karja
1. Sub divisi Algae
a) Mengamati dan mempelajari morfologi Algae yang dijumpai dilokasi.
b) Membuat dokumen dengan foto dari Algae yang ditemukan.
c) Memasukan Algae ke dalam botol jeem untuk diidentifikasi sebagai sample.
d) Melakukan identifikasi dan determinasi Algae yang ditemukan.
e) Menyusun klasifikasi Algae yang ditemukan berdasarkan determinasi yang diketahui.
f) Membuat deskripsi dari Algae yang ditemukan berdasarkan cirri-ciri morfologi, klasisikasinya, determinasinya, serta habitat dari Algae yang ditemukan.
2. Divisi Bryophyta
a) Mengamati dan mempelajari morfologi lumut yang dijumpai dilokasi.
b) Membuat dokumen dengan foto dari lumut yang ditemukan.
c) Melakukan identifikasi lumut yang ditemukan.
d) Menyusun klasifikasi lumut yang ditemukan berdasarkan identifikasi yang diketahui.
e) Membuat deskripsi dari lumut yang ditemukan berdasarkan ciri-ciri morfologi, klasisikasinya, serta habitat dari lumut yang ditemukan.

3. Divisi Pteridophyta
a) Mengamati dan mempelajari morfologi tumbuhan paku yang dijumpai dilokasi.
b) Membuat dokumen dengan foto dari tumbuhan paku yang ditemukan.
c) Melakukan identifikasi dan determinasi tumbuhan paku yang ditemukan.
d) Menyusun klasifikasi tumbuhan paku yang ditemukan berdasarkan determinasi yang diketahui.
e) Membuat deskripsi dari lumut yang ditemukan berdasarkan ciri-ciri morfologi, klasisikasinya, determinasi, serta habitat dari lumut yang ditemukan.














BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Algae
a) Nama lokal/ilmiah : Gangggang hijau (Ulva sp)
1) Gambar
2) Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Sub divisi : Algae
Classis : Chlorophyceae
Ordo : Ulotrichales
Family : Ulvaceae
Genus : Ulva
Spesies : Ulva sp

3) Deskripsi :
Ulva sp termasuk ganggang hijau yang berhabitat di air laut. Memiliki bentuk seperti thalus daun selada, yang terdiri dari 2 lapis sel yang membentuk struktur seperti parenkim. Termasuk dalam calsis chlorophyceae karena memiliki klorofil, hidup berkoloni, bentuk lembara. Termasuk dalam ordo Ulothrichales karena sel-selnya mempunyai satu inti dan kloroplas yang masih rendah tingkatanya membentuk koloni berupa benang dan bercabang atau tidak, yang lebih tinggi tingkatanya membentuk thalus lebar dan melekat pada suatu alas yaitu pada batu karang dengan rizoidnya sebagai alat pelekat. Berkembangbiak dengan zoospore dengan 4 bulu cambuk dan gamet sama besar.



b) Nama lokal/ilmiah : Ganggang hijau (Halicystis sp)
1) Gambar

2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Sub divisi : Algae
Clasis : Chlorophyceae
Ordo : Shiponales
Family :Halycistidaceae
Genus : Halicystis
Spesies : Halicystis sp


3) Deskripsi
Halicystis sp termasuk dalam ganggang hijau yang berhabitat di air laut. Mempunyai alat pelekat yang disebut rizoid. Thalusnya hanya terdiri dari suatu sel, bagian atas seperti gelembung, berwarna hijau dan banyak inti. Termasuk clasis chlorophyceae karena memilki klorofil dan membentuk koloni. Termasuk dalam ordo Shiponales karena bentuknya bermacam-macam, thalusnya tidak mempunyai dinding pemisah yang melintang sehingga dinding pemisah selnya menyelubungi massa plasma yang mengandung banyak inti dan kloroplas. Termasuk family Halicystidaceae karena bentuknya menyerupai protosiphon tetapi hidup di laut. Perkembangbiakan dengan aseksual zoospore. Perkembangbiakan seksual dengan oogonium.






c) Nama lokal/ilmiah : Ganggang merah (Gracilaria sp)
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Sub divisi : Algae
Clasis :Rhodophyceae
Sub klasis : Floridae
Ordo : Gigartinales
Family : Gigartinaceae
Genus : Gracilaria
Spesies : Gracilaria sp

3) Deskripsi :
Gracilaria sp termasuk dalam ganggang merah yang berhabitat di air laut menempel pada karang dengan alat pelekat berupa rizoid. Tubuhnya silindris dengan garis tengah 2-3 mm bercabang-cabang. Termasuk dalam clasis rhodophyceae karena berwarna merah, kromatofora berbentuk cakram atau suatu lembaran, mengandung klorofil a, karotenoid, dan dominan fikoeretrin. Termasuk dalam sub klasis floridae karena thalus masih sangat sederhana, tetapi umumnya hampir selalu barcabang-cabang dengan beraturan dan mempunyai beranekaragam bentuk. Seperti benang, lembaran-lembaran. Percabanganya meyirip menggarpu. Perkembangbiakan dengan 3 pergiliran keturunan yaitu gametofit, karposporofit, dan tetrasporofit.




d) Nama lokal/ilmiah : Ganggang pirang (Padina sp)
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Sub divisi : Algae
Clasis : Phaeophyceae
Ordo : Dityotales
Family : Dictyotaceae
Genus : Padina
Speseis : Padina sp


3) Deskripsi :
Padina sp termasuk dalam ganggang pirang yang berhabitat di air laut yang memelakat di atas batu karang dengan alat pelekat yang disebut rizoid. Thalus berbentuk pita yang bercabang-cabang menggarpu. Terasuk dalam clasis Phaeophyceae karena berwarna pirang, termasuk ordo Dictyotales karena bentuk thalus seperti pita bercabang-cabang menggarpu. Pada thalus terdapat garis-garis konsentris dan penebalan gametangia. Perkembangbiakan seksual dengan oogami. Anteridium yang berkotak-kotak dan oogonium terdapat pada tempat berlainan.








e) Nama lokal/ilmiah : Ganggang pirang (Turbinaria sp)
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Sub divisi : Algae
Clasis : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Family : Fucaceae
Genus : Turbinaria
Spesies : Turbinaria sp


3) Deskripsi :
Turbinaria sp termasuk dalam ganggang pirang yang berhabitata di air laut yang melekat pada batu karang dengan perantara rizoid. Thalus berbentuk seperti terompet, pita,dan kaku. Bercabang-cabang menggarpu dan melekat pada karang dengan rizoid. Ujung thalus agak membesar dan mempunyai konseptakel. Tubunhya seperti semak atau pohon yang seolah-olah mempunyai akar, batang dan daun oleh karena itu Turbinaria sp dikelompokan dalam ordo fucales. Termasuk clasis Phaeophyceae karena memiliki warna pirang dengan kromatofora klorofil a, karotin, xantofil yang dominan fikosianin. Perkembangbiakan dengan cara seksual, aseksual, terdapat pergiliran keturunan dengan isogami. Pembelahan reduksi terjadi pada pembentukan spora.





f) Nama lokal/ilmiah : Ganggang hijau (Caulerpa sp)
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisi : Thallophyta
Sub divisi : Algae
Clasis : Chlorophyceae
Ordo : Siphonales
Family : Caulerpaceae
Genus : Caulerpa
Spesies : Caelerpa sp


3) Deskripsi :
Caulerpa sp termasuk dalam ganggang hijau yang berhabitat di air laut, melekat pada batu karang dengan rizoid. Termasuk dalam clasis chlorophyceae karena tubuh berupa sel tunggal soliter atau berkoloni. Yang bersel banyak seperti filament. Mengandung klorofil a, klorofil b, serta karotenoid. Termasuk dalam ordo Shiponales karena bentuknya bermacam-macam. Thalusnya tidak mempunyai dinding pemisah melintang sehingga dinding selnya menyelubungi massa plasma yang mengandung banyak inti dan kloroplas. Termasuk family Caulerpaceae karena thalus bagian atas menyerupai daun dan besarnya beberapa dm. berguna untuk asimilas. Bagian bawah merupakan sumbu merayap terdapat leukoamiloplas dan rizoid. Perkembangbiakan seksual dengan anisogami. Seluruh tubuh jantan dan betina mengeluarkan gamet dan akhirnya mati.



g) Nama lokal/ilmiah : Ganggang merah (Corallina sp)
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Sub divisi : Algae
Clasis : Rhodophyceae
Sub clasis : Floridae
Ordo :Cryptonemiales
Family :Cryptonemiaceae
Genus : Corallina
Spesies : Corallina sp

3) Deskripsi :
Corallina sp termasuk dalam ganggang merah yang berhabitat di air laut yang melekat pada karang dengan rizoidnya. Termasuk dalam ordo Cryptonemiales karena tubunhya menyerupai kerak dan melekat di atas batu karang. Tubuhnya mengadung kapur dan bersegmem-segmen. Termasuk dalam clasis Rhodophyceae karena berwarna merah, kromatoforanya berbentuk cakram atau lembaran, mengandung klorofil a dan karotenoid, tetapi warna tubuh tertutup oleh fikoeretrin, perkembangbiakan dengan pergiliran ketururnan, yaitu gametofit, karposporofit, dan tetrasporofit. Termasuk dalam sub clasis floridae karena thalus masih sederhana bercabang-cabang dengan percabangan yang menggarpu.





2. Bryophyta
a) Nama lokal/ilmiah : Lumut hati (Riccia sp)
1) Gambar
2) Kalsifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Bryophyta
Clasis : Hepaticopsida
Ordo : Marchantiales
Familia :Marcahntiaceae
Genus : Riccia
Spesies : Riccia sp




3) Deskripsi :
Riccia sp termasuk dalam divisi Bryophyta karena mempunyai gametangium dan sporangium yang multiseluler serta dilapisi oleh sel-sel steril. Temasuk clasis hepaticopsida karena gametifitnya berbentuk seperti pita yang bercabang, dorsiventral, menempel pada tanah dengan perantara rhizoid. Termasuk ordo marchantiales karena permukaan atas talus mempunyai lapisan kutikula, oleh sebab itu hamper tidak mungkin dilalui air. Jika dilihat dari atas, talus kelihatan berpetak-petak. Talusnya berumah satu (anteridium dan arkegonium terdapat pada satu tanaman).







b) Nama lokal/ilmiah : Lumut daun (Andreaea sp)
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Bryophyta
Clasis : Bryopsida
Ordo : Andreaeales
Familia :Andreaeaceae
Genus : Andreaea
Spesies : Andreaea sp


3) Deskripsi :
Andreaea sp merupakan lumut daun, tubuh gametofitnya dapat dibedakan antara batang dan daun. Melekat dengan rizoid, sporofitnya terdiri dari kaki, seta dan kapsul. Habitatnya ditempat lembab dan basah. Dikelompokan dalam kelas bryopsida karena tubuh gametofitnya dapat dibedakan antara batang dan daun.











c) Nama lokal/ilmiah : Lumut hati (Riccia nutans)
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisi : Bryophyta
Calsis : Hepaticopsida
Ordo : Marchantiales
Familia :Marchantiaceae
Genus : Riccia
Spesies : Riccia nutans




3) Deskripsi :
Riccia nutans berhabitat di daerah yang basah, tepi rawa-rawa, pada batuan, cadas, dan dataran tinggi. Cara hidupnya epifit menempel pada tanah. Morfologinya mempunyai bentuk thalus seperti pita dan bercabang menggarpu. Pada percabangan dikotom ada pada ujung thalus. Alas an pengelompokan dalam takson karena thalusnya seperti pita, agak tebal, berdaging, dan mempunyai rusuk tengah yang tidak begitu menonjol. Terdapat rizoid pada sisik-sisik ventral, tepi bergerigi. Thalusnya berumah dua. Perkembangbiakan dengan spora arkegonium dan anteridium dengan generative. Kuncup eram (vegetative).




3. Pteridophyta
a) Nama lokal/ilmiah : Paku sejati (Nephrolepis exaltata)
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Clasis : Filicinae
Sub clasis : Leptosporangiatae
Ordo : Filicales
Family : Polypodiacea
Genus : Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis exaltata



3) Kunci determinasi :
1a, 17b, 18b, 19b, 22b, 23b, 24b, 25b, 26b, ….11. Plopodiaceae
1b, 5b, 10b, 13b, 15a,……………………9. Genus Nephrolepis
9. 1b, 2a,…………………..…….. spesies Nephrolepis exaltata
4) Deskripsi :
Nephrolepis exaltata berhabiata di hutan belukar, rimba, rumput, pagar, tepi air, hutan secundair. Merupakan paku tanah yang epifit. Ciri-cirinya akar rimpang tegak, daun lebat, tangkai daun bersisik jarang. Kaku, anak daun duduk atau hampir duduk, kerapkali sisik dengan kapur. Yang terbawah agak berjauhan. Yang teratas terkumpul. Anak daun fertile lurus atau berbentuk bulan sabit. Termasuk alam family polrpodiaceae karena merupakan paku tanah epifit, tidak ada batang sesungguhnya, akar rimpang bersisik, daun mempunyai hubungan beruas atau tidak dengan akar rimpang. Tunggal atau majemuk, daun muda mengulung spiral. Sporangia di bawah daun (kadang-kadang di tepi daun), berurutan atau dalam kelompok (sori). Sori berbeda-beda menurut penempatan, bentuk besar, telanjang, atau tertutup oleh tepi daun selaput penutup. Dimasukan dalam genus nephrolepis karena daun menyirip tunggal, anak daun tidak berlekuk menyirip atau berbagi menyirip. Daun tidak beruas dengan akar rimpang, anak daun beruas dengan poros. Perkembangbiakan dengan spora, bentuknya bulat tertutup selaput, letaknya agak ke dalam karena tepi daun menggulung.























b) Nama lokal/ilmiah : Paku sejati (Polypodium polycarpon)
1) Gambar
2) Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Clasis : Filicinae
Sub clasis : Leptopsporangiatae
Ordo : Filicales
Family : Polypodiaceae
Genus : Polypodium
Spesies : Polypodium polycarpon


3) Kunci deteminasi
1a, 17b, 18b, 19b, 22b, 23b, 24b, 25b, 26b, ….11. Plopodiaceae
genus polypodium
Spesies Polypodium polycarpon
4) Deskripsi :
Polypodium polycarpon termasuk dalam paku sejati yangb berhabitata di tempat lembab, teduh, terhindar dari sinar matahari, gambut, pasir, dan humus. Cirri-cirinya akar rimpang berwarna hiaju daunya. Tangkai ditutupi oleh sisik coklat, daun bagian atas berakhir seperi jumbai. Temasuk family polypodiaceae karena merupakan paku tanah epifit, tidak ada batang sesungguhnya, akar rimpang bersisik, daun mempunyai hubungan beruas atau tidak dengan akar rimpang. Tunggal atau majemuk, daun muda mengulung spiral. Sporangia di bawah daun (kadang-kadang di tepi daun), berurutan atau dalam kelompok (sori). Sori berbeda-beda menurut penempatan, bentuk besar, telanjang, atau tertutup oleh tepi daun selaput penutup. Termasuk dalam genus polypodium karena pada ujung daunya berjumabi, tulang daunnya memiliki percabangan, pada ujungnya ada urat-urat daun, daun cenderung kaku (bagian atas), merupakan paku sejati yang hidup di teduh dan lembab.


























c) Nama lokal/ilmiah : Paku sejati (Adiantum capillus)
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Clasis : Polypodiaceae
Ordo : Schizeales
Family : Adintaceae
Genus : Adiantum
Spesies :Adiantum capillus



3) Kunci determinasi
1a, 17b, 18b, 19b, 22b, 23b, 24b, 25b, 26b, ….11. Plopodiaceae
1b, 5b, 10b, 13a, 14a,……………………12. Genus Adiantum
spesies Adiantum capillus
4) Deskripsi :
Adiantum capillus termasuk dalam paku sejati berhabitat di tepi sungai, termasuk family polypodiaceae karena merupakan paku tanah epifit, tidak ada batang sesungguhnya, akar rimpang bersisik, daun mempunyai hubungan beruas atau tidak dengan akar rimpang. Tunggal atau majemuk, daun muda mengulung spiral. Sporangia di bawah daun (kadang-kadang di tepi daun), berurutan atau dalam kelompok (sori). Sori berbeda-beda menurut penempatan, bentuk besar, telanjang, atau tertutup oleh tepi daun selaput penutup. Termasuk genus adiantum karena tangaki daunya dan poros-poros daun hitam coklat, mengkilat, sporangia tidak tertancap pada helaian daun sesungguhnya, tetapi pada sisi dalam dari selaput penutup. Perkembangbiakan dengan spora yang bentuknya bulat, dibawah daun letaknya agak ke dalam (daun menggulung pada tepinya). Daun majemuk, sepanjang tepi bercangap, bulat telur terbalik.


























d) Nama lokal/ilmiah : Paku sejati (Polystichum filix)
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Clasis : Filicinae
Sub clasis :Leptosporangiatae
Ordo : Filicales
Family : Polypodiaceae
Genus : Polystichum
Spesies : Polystichum filix





3) Kunci determinasi
1a, 17b, 18b, 19b, 22b, 23b, 24b, 25b, 26b, ...11. Polypodiaceae
genus Polystichum
spesies Polystichum filix
4) Deskripsi :
Polystichum filix merupakan paku sejati yang berhabitat di tempat lembab, tepi sungai, tepi air, hidup di atas tanah sebagai substrat. Cirri-cirinya memiliki akar yang jelas, batang tegak ke atas langsung tertancap ke tanah, tidak memiliki percabangan. Termasuk dalam genus polystichum karena merupakan paku tanah dengan akar yang jelas, daunya berhadapan dengan tepi berlekuk-lekuk, spora terletak di bawah sisi deun dekat dengan pertulangan daun bagian tengah. Perkembangbiakan dengan spora yang berbentuk ginjal, letaknya dekat pertulangan daun, berkumpul membentuk sorus.


e) Nama lokal/ilmiah : Paku sejati (Nephrolepis biserrata)
1) Gambar
2) Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Clasis :Filicinae
Sub clasis : Leptosporangiatae
Ordo : Filicales
Family : Polypodiaceae
Genus : Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis biserrata


3) Kunci determinasi
1a, 17b, 18b, 19b, 22b, 23b, 24b, 25b, 26b, ….11. Plopodiaceae
1b, 5b, 10b, 13b, 15a,……………………9. Genus Nephrolepis
9. 1b, 2b,………………..……. spesies Nephrolepis biserrata
4) Deskripsi :
Nephrolepis biserrata merupakan paku tanah yang epifit, akar rimpang tegak berdaun rapat. Tangkai kuat, tertutup oleh sisik coklat muda dan mudah rontok. Helaian daun kerapkali melengkung sampai menggulung. Anak daun duduk atau hampir duduk berjarak satu dengan yang lain bangun lanset garis, pangkal bentuk baji atau terpancung dan pada tepi atas kerapkali bertelinga lemah, ujung menyempit, lancip, anak daun muda berambut halus, habitat pada batang pohon, rumpun bamboo, tepi hutan belukar, rimba rumput, dan pagar. Termasuk dalam spesies Nephrolepis biserrata karena anak daun fertile tidak jelas bertelinga. Sori jelas berjarak tepi daun. Termasuk dalam genus nephrolepis karena daun menyirip tunggal, anak daun tidak berlekuk, menyirip atau berbagi menyirip, daun tidak beruas dengan akar rimpang, anak daun beruas dengan poros. Perkembangbiakan dengan spora berbentuk bulat terletak pada tepi daun berjarak, daunya menggulung.

























B. Pembahasan
1. Sub divisi Algae
Algae adalah tumbuhan ganggang yang merupakan tumbuhan thalus, hidup di air, baik air tawar maupun air laut, setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang basah atau lembab. Yang hidup di air ada yang bergerak aktif ada yang tidak. Jenis-jenis yang hidup bebas di air, terutama tubuhnya bersel tunggal dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun plankton, tepatnya fitoplankton. Yang melekat pada sesuattu yang ada di dalam air, misalnya batu atau kayu disebut bentos. Tubuh ganggang memilki inti dan plastid, dalam plastid terdapat zat-zat derivate klorofil. Zat-zat warna tersebut berupa fikosianin, fikosantin, fikoeretrin, disamping itu ada pula warna santofil dan karotin.
Diantara ganggang ada yang daur hidupnya memperlihatkan metagenesis. Yang dianggap ganggang adalah yang lebih besar di antara kedua keturunan itu. Bila gametofitnya lebih besar daripada sporofitnya maka tumbuhan ganggangnya adalah pada fase gametofit. Sedangkan jika sporofitnya lebih besar daripada gametofitnya maka tumbuhan ganggang adalah sporofitnya.
Ganggang merupakan sumber daya nabati berbagai bahan kebutuhan hidup manusia. Ada yang langsung dimakan sebagai sayuran, menghasilkan agar-agar, dan bahan obat-obatan.
Anak divisi ganggang dapat dibedakan menjadi 7 kelas yaitu : kelas Flagelata, Diatomae, Chlorophyceae, Conjugate, Charophyceae, Phaeophyceae, dan Rhodophyceae. Masing-masing clasis memiliki perbedaan mulai dari cirri morfologis sampai perkembangbiakan. Dari ketujuh kelas tersebut hanya 3 kelas akan dipelajari, yaitu kelas Chlorophyceae, Phaeophyceae, dan Rhodophyceae.
Dari hasil penganatan di Krakal Yogyakarta, terdapat berbagai jenis spesies Algae yang dapat ditemukan. Spesies-spesies tersebut adalah :
a. Ganggang hijau (Ulva sp)
b. Ganggang hijau (Halicystis sp)
c. Ganggang merah (Gracilaria sp)
d. Ganggang pirang (Padina sp)
e. Ganggang pirang (Turbinaria sp)
f. Ganggang hijau (Caulerpa sp)
g. Ganggang merah (Corallina sp)
Dari ketujuh speseis tersebut, ada yang memilki persamaan dalam clasis maupun ordo, yang akan dibahas sebagai berikut :
a). Clasis Chlorophyceae
Pada clasis Chlorophyceae spesies yang mewakili pada saat Praktik Kerja Lapangan di Krakal Yogyakarta meliputi 3 spesies yaitu Ulva sp, Halicystis sp, dan Caulerpa sp. Secara umum pada clasis chlorophyceae memiliki cirri-ciri thalus berklorofil, hidup berkoloni, tubuh berupa sel tunggal atau banyak, yang berupa sel tunggal hidup berkoloni, yang berupa sel banyak hidup seperti filament. Ulva sp termasuk ordo Ulotrichales sehingga cirri-ciri yang spesifik dari spesies ini adalah sel-selnya mempunyai satu inti dan kloropals, thalus berbentu seperi daun selada. Ulva sp ditemukan dekat dengan bibir pantai pada jarak sekitar 3-4 meter dari bibir pantai, keberadaan thalusnya agak ke dalam batu karang sehingga ada yang terselip dalam celah-celah karang. Sedangkan pada Halicystis sp dan Caulerpa sp termasuk ordo Siphonales sehingga cirri-ciri umum yang dimilkinya adalah bentuk bermacam-macam, thalusnya tidak mempunyai dinding pemisah yang melintang sehingga dinding selnya menyelubungi massa plasma yang mengandung banyak inti dan kloroplas. Halicystis sp seperti gelembung berwarna hijau dan banyak inti sedangkan Caulerpa sp hampir menyerupai pohon dengan banyak assimilator. Halicystis sp terletak pada batu karang yang jaraknya 3-4 meter dari bibir pantai dengan thalus menempel pada karang yang letaknya agak terselip pada batu karang, hampir sama dengan Halicystis sp, Caulerpa sp letaknya sekitar 3-4 meter dari bibir pantai, speseis ini mudah ditemukan karena melekat di atas batu karang, muncul di permukaan sehingga tidak terselip pada batu karang
b). Clasis Rhodophyceae
Pada clasis Rhodophyceae spesies yang mewakili pada saat Praktik Kerja Lapangan di Krakal Yogyakarta meliputi 2 spesies yaitu Gracilaria sp dan Corallina sp. Secara umum clasis Rhodophyceae memiliki ciri-ciri berwarna merah, kromatofora berbentuk cakram atau lembaran, termasuk dalam sub clasis Floridae sehingga cirri-cirinya lebih speseifik yaitu thallus masih sederhana, umunya bercabang-cabang dengan beraturan. Percabanagan menyirirp menggarpu. Pada Gracilaria sp memiliki ordo Gigartinales sehingga ciri psesifik spesies ini adalah tubuh silindris dengan garis tengah 2-3 mm, terlatak pada jarak 4-5 meter dari bibir pantai dan melekat pada batu karang dengan rizoidnya, perlekatanya berada di atas karang sehingga tidak terselip pada karang. Corallina sp termasuki ordo Cryptonemiales sehingga cirri spesifik dari spesies ini adalah tubuh seperti kerak menmpel pada batu karang, tubuh mengndung kapur dan bersekat-sekat, terletak pada jarak 4-5 meter dari bibir pantai dan tumbuh melekat di atas batu karang dengan rizoidnya.
c). Clasis Phaeophyceae
Pada clasis Phaeophyceae spesies yang mewakili pada saat Praktik Kerja Lapangan di Krakal Yogyakarta meliputi 2 spesies yaitu Padina sp dan Turbinaria sp. Clasis Phaeophyceae memiliki cirri secara umum yaitu memiliki warna pirang. Padina sp termasuk ordo Dictyotales sehingga cirri spesifik dari spesies ini adalah bentunya seperti pita bercabang menggarpu, seperti kipas, pada garis tengah terdapat gari-garis konsentris. Terletak pada jarak 3-4 meter dari bibir pantai dengan perlekatan di atas batu karang dengan rizoidnya, mudah ditemukan karena menempel di atas batu karang. Turbinaria sp termasuk ordo Fucales sehingga spesies ini memilki cirri spesifik yaitu bentuk seperti terompet, bercabang menggarpu melekat dengan alat pelekat yaitu rizoid, terletak agak jauh dari bibir pantai yaitu 8-10 meter dari bibir pantai, spesies ini agak sulit ditemukan karena letaknya yang agak jauh dari pantai dan melekat diatas batu karang, sehingga tidak terselip karang.

2. Divisi Bryophyta
Bryophyta atau tumbuhan lumut merupakan tumbuhan yang tingkat perkembangnya lebih tinggi daripada Thallophyta. Pada umumnya memiliki warna yang benar-benar hijau karena mempunyai sel-sel dengan plastid yang mengandung klorofil a dan b. kebanyakan hidup di darat dan sel-selnya memilki dinding yang terdiri atas selulosa.
Tumbuhan lumut disebut juga tumbuhan gametofit. Pada tumbuhan lumut menghasilkan organ reproduksi jantan yang disebut anteridium dan berisi sperma. Juga menghasilkan organ reproduksi betina disenut arkegonium berbentuk botol, dan menghasilkan ovum. Tumbuhan lumut merupakan generasi gametofit yang membentuk gamet-gamet untuk melakuakan reproduksi seksual dan sebagai generasi sporofitnya adalah protonema yang menghasilkan spora.
Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan darat sejati dan jarang sekali hidup di air. Pada umunya masih menyukai tempat-tempat lembab dan basah. Penyebaranya cukup luas, mulai daerah kutub sampai daerah tropis. Di pegunungan maupun di dataran rendah. Pada pergiliran keturunan tumbuhan lumut sebagai gametofit adalah tumbuhan itu sendiri. Lumut dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu lumut hati dan lumut daun. Pada lumut hati gametofitnya masih berupa thalus. Belum dapat dibedakan bagian batang, akar, dan daun.
Dari hasil pengamatan di taman dekat gedung kesehatan UMS terdapat 3 spesies lumut, yaitu :
a. Lumut hati (Riccia sp)
b. Lumut hati (Riccia nutans)
c. Lumut daun (Andreaea sp)
Dari ketiga spesies tersebut memilki perbedaan dalam clasis dan ordo yang akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Clasis Hepaticopsida
Pada clasis ini mewakili 2 spesies yang kita temukan yaitu Riccia sp dan Riccia nutans, secara umum memilki cirri-ciri yaitu gametofitnya berbentuk seperti pita, bercabang-cabang, dorsiventral, menempel pada tanah dengan perantara rizoid. Berhabitat di tempat yang basah, lembab, di atas bebatuan atau cadas, seperti yang kita temukan menempel pada bebatuan dan ada yang terletak pada pinggir selokan,
b. Clasis Bryopsida
Pada clasis ini meawakili 1 spesies yang kita temukan yaitu Andreaea sp, secara umum memilki cirri-ciri yaitu tubuh gametofit dapat dibedakan antara batang, daun, melekat dengan rizoid. Sporofit terdiri dari seta, dan kapsul. Terletak di tempat yang basah, lembab, terdapat pada bebatuan dan cadas. Yang kita temukan berada diatas tanah yang basah dan lembab.
3. Divisi Pteridophyta
Pteridophyta atau tumbuhan paku adalah tumbuhan yang berkembangbiak dengan spora, bukan dengan biij. Sporofitnya memilki sistem pembuluh yang berkembangbiak dengan jaringan xylem dan floem yang berbeda, karena itu secara potensial mampu mencapai ukuran yang jauh lebih besar daripada gametofit Bryophyta.
Pteridophyta mempunyai gametofit bersifat thalus, sporofitnya dapat dibedakan menjadi akar, batang, dan daun memiliki batang bercabang-cabang menggarpu, akar mempunyai kaliptra. Pada akar dan batang dijumpai berkas pengangkutan. Pteridophyta dapat tumbuh menjulang ke udara, ada yang berbentuk pohon dan dapat mencapai beberapa meter. Pteridophyta dibedakan menjadi 4 sub divisi yaitu Psillophytinae, Lycopodinae, Equisitinae, dan Filicinae.
Dari hasil Praktik Kerja Lapangan secara mandiri, telah ditemukan 5 spesies dari tumbuhan paku, yaitu :
a. Paku sejati (Nephrolepis exaltata)
b. Paku sejati (Polypodium polycarpon)
c. Paku sejati (Adiantum capillus)
d. Paku sejati (Polystichum filix)
e. Paku sejati (Nephrolepis biserrata)
Dari kelima spesies tersebut terdapat perbedaan dalam clasiss, yang akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Clasis Filicinae
Pada clasis ini spesies yang mewakili adalah Nephrolepis exaltata, Polypodium polycarpon, Polystichum filix, Nephrolepis biserrata. Secara umum memilki cirri-ciri merupaka paku tanah yang epifit, tidak ada batang yang sesungguhnya, akar rimpang bersisik, daun mempunyai hubungan yang beruas atau tidak dengan akar rimpang. Daun tunggal atau majemuk, daun muda menggulung spiral, dan spora berada di bawah daun kadang-kadang tepi daun berurutan. Berhabitat di tempat yang lembab, teduh, tepi sungai, tanah yang agak berair, dan terlidung dari sinar matahari.
b. Clasis Polypodiopsida
Pada clasis ini spesies yang mewakili adalah Adiantum capillus, secara umum memiliki cirri-ciri tangkai daun dan poros-porosnya hitam, coklat, mengkilat. Sporangia terletak tidak tertancap pada helaian daun sesungguhnya tapi pada sisi selaput daun. berhabitat di tempat yang lembab, basash, diatas tanah, dapat juga ditumbuhkan dalam pot.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Algae adalah tumbuhan ganggang yang merupakan tumbuhan thalus, hidup di air, baik air tawar maupun air laut, setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang basah atau lembab.
2. Anak divisi ganggang dapat dibedakan menjadi 7 kelas yaitu : kelas Flagelata, Diatomae, Chlorophyceae, Conjugate, Charophyceae, Phaeophyceae, dan Rhodophyceae.
3. Dari hasil penganatan di Krakal Yogyakarta, terdapat berbagai jenis spesies Algae yang dapat ditemukan. Spesies-spesies tersebut adalah :
a) Ganggang hijau (Ulva sp)
b) Ganggang hijau (Halicystis sp)
c) Ganggang merah (Gracilaria sp)
d) Ganggang pirang (Padina sp)
e) Ganggang pirang (Turbinaria sp)
f) Ganggang hijau (Caulerpa sp)
g) Ganggang merah (Corallina sp)
4. Pada clasis Chlorophyceae spesies yang mewakili pada saat Praktik Kerja Lapangan di Krakal Yogyakarta meliputi 3 spesies yaitu Ulva sp, Halicystis sp, dan Caulerpa sp.
5. Pada clasis Rhodophyceae spesies yang mewakili pada saat Praktik Kerja Lapangan di Krakal Yogyakarta meliputi 2 spesies yaitu Gracilaria sp dan Corallina sp
6. Pada clasis Phaeophyceae spesies yang mewakili pada saat Praktik Kerja Lapangan di Krakal Yogyakarta meliputi 2 spesies yaitu Padina sp dan Turbinaria sp.
7. Bryophyta atau tumbuhan lumut merupakan tumbuhan yang tingkat perkembangnya lebih tinggi daripada Thallophyta.

8. Pada clasis Hepaticopsida mewakili 2 spesies yang kita temukan yaitu Riccia sp dan Riccia nutans.
9. Pada clasis Bryopsida meawkili 1 spesies yaitu Andreaea sp.
10. Pteridophyta atau tumbuhan paku adalah tumbuhan yang berkembangbiak dengan spora, bukan dengan biji.
11. Pteridophyta dibedakan menjadi 4 divisi yaitu Psillophytinae, Lycopodinae, Equisitinae, dan Filicinae.
12. Dari hasil Praktik Kerja Lapangan secara mandiri, telah ditemukan 5 spesies dari tumbuhan paku, yaitu :
a) Paku sejati (Nephrolepis exaltata)
b) Paku sejati (Polypodium polycarpon)
c) Paku sejati (Adiantum capillus)
d) Paku sejati (Polystichum filix)
e) Paku sejati (Nephrolepis biserrata)
13. Pada clasis filicinae spesies yang mewakili adalah Nephrolepis exaltata, Polypodium polycarpon, Polystichum filix, Nephrolepis biserrata.
14. Pada clasis polypodiopsida spesies yang mewakili adalah Adiantum capillus.

B. SARAN
1. Diharapkan peserta PKL lebih disiplin waktu , supaya kegiatan PKL dapat berjalan dengan lancar .
2. Peserta PKL diharapkan dapat menguasai materi-materi terlebih dahulu, supaya mudah dalam mengamati preparat-preparatnya tersebut .
3. Diharapkan PKL tahun berikutnya lebih baik , tertib , dan disiplin waktu agar PKL dapat berjalan dengan lancar .

DAFTAR PUSTAKA

Budiati, Herni. 2009. Biologi : untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Gema Ilmu.
Campbell. 2001. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Harris. 2001. Binding of Metal Ions by Particulate
Quadricauda. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Heywood, Davis. 2003. Taksonomi Tumbuhan. Medan: Universitas Sumatra Utara Press.
Kimball , John W. 1990. Biologi Edisi 5 Jilid 2. Erlangga : Jakarta
Moertolo, ali. Dkk. 2004. Tumbuhan Paku. Malang: Universitas Negeri Malang.
Prosea. 2003. Cryptogams Ferns and Ferns Allies. Bogor : IPB.
Putra, Sinly Evan. 2006. Tinjauan Kinetika dan Termodinamika Proses
Adsorpsi Ion Logam Pb, Cd, dan Cu oleh Biomassa Alga Nannochloropsis sp. Yang DiImmobilisasi Polietilamina-Glutaraldehid. Laporan Penelitian. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Ramelow.2000. Kandungan Alga Sebagai Penunjang Makalah Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Tjitrosoepomo, G. 2000. Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Tahhophyta, Bryophyta dan Pterydophyta.Yogyakarta: UGM Press.
Setiawan, Andi. 2004. Potensi Pemanfaatan Alga Laut Sebagai Penunjang
Perkembangan Sektor Industri Makalah Ilmiah Ketua Jurusan Kimia. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Soerawidjaja, Tatang H. 2005. Membangun Industri Biodiesel di Indonesia.
Makalah Ilmiah Forum Biodiesel Indonesia. UTB. Bandung
Sulistyorini, Ari. 2009. Biologi 1 : Untuk Sekolah menengah Atas/Madrasah Aliyah Kelas X. Jakarta : PT. Balai Pustaka.
Suwarno. 2009. Panduan Pembelajaran Biologi : Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Widayati, Sri. 2009. Biologi SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

LAPORAN PKL SHV GEMBIRA LOKA

LAPORAN PRAKTIKUM KERJA LAPANGAN DI GEMBIRALOKA
SISTEMATIKA HEWAN VERTEBRATA
CLASIS AVES DAN MAMALIA



Disusun oleh :
Kelompok : 2
1. Faruq Najedi (A420080010) 5. Wahyu Sudrajat (A420080014)
2. Norma Wika J (A420080011) 6. Hetik Wulansari (A420080016)
3. Devi Ranita S (A420080012) 7. Aditya Beny S (A420080017)
4. Yulia Ayu S (A420080013) 8. Tri Yoga W (A420080018)




LABORATORIUM BIOLOGI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010


HALAMAN PENGESAHAN
Kelompok : 2
Anggota : 1. Faruq Najedi ( A 420 080 010 )
2. Norma Wika J ( A 420 080 011 )
3. Devi Ranita Sari ( A 420 080 012 )
4. Yulia Ayu Suzana ( A 420 080 013 )
5. Wahyu Sudrajat ( A 420 080 014 )
6. Hetik Wulansari ( A 420 080 016 )
7. Aditya Beny S ( A 420 080 017 )
8. Tri yoga w ( A 420 080 018 )
Telah melakukan PKL di Gembira Loka Clasis Aves untuk latihan IV dan Clasis Mamalia untuk latihan V pada mata praktikum sistematika hewan vertebrata, dengan nilai………..





Surakarta,……..
Dosen Praktikum / Asisten

(………………………………..)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan Sistematika Hewan Vertebrata ini dengan lancar. Laporan ini penulis susun berdasarkan pengamatan secara langsung di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta.
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini kami susun secara sistematis dan relefan mengenai ciri-ciri dari Classis Aves dan Mammalia sehingga mempermudah dalam mempelajarinya sekaligus mengidentifikasinya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam menyusun Laporan Praktek Kerja Lapangan ini, antara lain :
1. Dra. Hariyatmi, M.Si dan Waskito Adi, S.Pd selaku dosen Sistematika Hewan vertebrata.
2. Ika Rahmawati, M.Pd dan Dwi Setya Astuti, M.Pd selaku dosen pengampu mata praktikum Sistematika Hewan Vertebrata.
3. Para asisten Sistematika Hewan Vertebrata yang telah membimbing dan menuntun jalannya praktikum di lapangan.
Penulis menyadari bahwa dalam upaya penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun pada para pembaca agar laporan ini menjadi lebih baik dan sempurna.

Surakarta,9 Desenber 2010

]
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………….
A. Latar Belakang………………………………………………………..
B. Tujuan…………………………………………………………………
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB III.ISI………………………………………………………….
A. Clasis Aves
1. Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea)……………………
2. Pelikan Kaca Mata (Plecanus conspicilatus)……………………
3. Bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus)……………………..
4. Macau merah (Ara macau)…………………………………….
5. Mambruk (Gouria victoria)…………………………………..
B. Clasis Mamalia
1. Kuda Nil (Hipopotamus amphibius)…………………………….
2. Banteng (Bos sondaicus)………………………………………..
3. Tapir Brazil (Tapirus terrastris)…………………………………
4. Babi Hutan (Sus scrafa)………………………………………..
5. Nilgae (Boselapus trogocamelus)………………………………
6. Zebra (Equus zebra)…………………………………………….
7. Wau wau Sumatra (Hylobates agilis)……………………………
8. Unta Punuk Satu (Camelus dromedarius)………………………
9. Lutung (Presbytis cristata)……………………………………..
10. Beruang Madu (Helarctus malayanus)……………………..
11. Gajah Asia (Elephast maximus)…………………………….
12. Rusa tutul (Axis axis)………………………………………
BAB IV. PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….
LAMPIRAN……………………………………………………………….













BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hewan vertebrata merupakan kelompok hewan yang memiliki tulang belakang (vertebrae). Hewan vertebrata terbagi dalam beberapa classis yaitu Pisces, Amphibi, Reptil, Aves dan Mamalia. Mereka diklasifikasikan berdasarkan ciri morfologi, fisiologi dan anatominya sehingga dapat dikelompokkan dari tingkatan klasifikasi paling rendah sampai klasifikasi yang paling tinggi.
Sistematika Hewan Vertebrata merupakan salah satu mata kuliah sekaligus mata praktikum yang diwajibkan ditempuh mahasiswa pendidikan biologi. Mata praktikum ini mempelajari Classis Pisces sampai Mamalia sehingga mahasiswa mampu mengenal morfologi, habitat, ciri-ciri spesifik, cara makan, cara hidup dan tingkah laku dari masing-masing spesies.
Praktikum Sistematika Hewan Vertebrata latihan ke IV membahas Classis Aves dan latihan ke V membahas mengenai Classis Mammalia. Kegiatan praktikum ini dilakukan dengan praktek kerja lapangan yang dilakukan di Gembira Loka Yogyakarta. Alasan perlunya diadakan praktek kerja lapangan di Gembira Loka adalah karena memiliki keanekaragaman clasis Aves dan Mamalia. Dengan mengamati langsung objek yang dipraktikumkan mahasiswa dapat lebih mengerti tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan aves dan mamalia meliputi morfologinya, ciri spesifiknya, makanannya, habitatnya dan lain-lain. Sehingga mahasiswa lebih mudah untuk mengidentifikasi masing-masing spesies.
Mamalia merupakan hewan yang memiliki kelenjar mamae yang biasanya terdapat didaerah pectoral dan di sekitar pelvis yang berfungsi untuk menyusui anaknya yang masih muda. Ciri-ciri morfologi Classis Mammalia yang kita pelajari adalah pola warna, ukuran tubuh, dan letak glandula mamae.
Aves merupakan vertebrata yang memiliki ekskremitas superior dan ekskremitas inferior yang dilengkapi oleh bulu, sebagian spesies dari aves dapat terbang karena mempunyai sayap yang merupakan modifikasi anggota gerak superior. Dalam praktek kerja lapangan ini ciri-ciri morfologis aves yang perlu untuk kita amati adalah bulu, bentuk paruh, sayap, jari, cakar, kaki, dan ekor. Dengan mempelajari ciri-ciri morfologi setiap spesies maka kita dapat menentukan tingkat kekerabatannya.

B. Tujuan
1) Classis Aves
Mempelajari bagian-bagian luar tubuh anggota Aves yang penting untuk identifikasi.
2) Classis Mamalia
Mengenal ciri-ciri Mamalia yang penting untuk identifikasi.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Maryati (2000), menyatakan bahwa system gerak pada aves terdiri atas sepasang anggota gerak depan yang berupa sayap, yang dapat digunakan untuk terbang dan ekor untuk kemudi, sedangkan anggota gerak belakang berupa kaki untuk berjalan, hinggap atau bertengger.
Campbell (2003), menyatakan bahwa vertebrata anggota kelas aves memiliki bulu, suatu karakteristik penentu seperti bulu terbang pada burung. Bulu terbuat dari keratin. Sebagian besar aves memiliki metabolisme yang aktif. Bulu dan lapisan lemak di bawah kulit membantu tubuh mempertahankan panas metabolik dalam tubuh. Sebagian besar aves berkembangbiak dengan bertelur. Fertilisasi terjadi secara internal, memiliki telur bercangkang.
Kant (2001), menyatakan bahwa kerangka dalam Columbia livia merupakan derivat kerangka yang mengalami osifikasi atau bertulang keras, dengan hanya sedikir tulang rawan yang masih tersisa. Ruas penyusun tulang leher pada Columbia livia bias berjumlah 12-14. Tulang pada Columbia livia umumnya berongga dan ringan untuk mendukung kemampuan terbangnya. Jika rangka apendikular dapat teradaptasikan untuk membangun sayap, makanapendikular belakang teradaptasikan untuk hinggap, berjalan atau berenang. Pada kaki terdiri dari 4 jari-jari, dan biasanya kulit pada bagian ini memiliki sisik. Cranium dilengkapi dengan rahang atas dan rahang bawah tetapi keduanya tidak mempunyai gigi, sebagai gantinya tengkorak dilengkapi dengan paruh. Diyakini bahwa paruh cukup ringan dibandingkan gigi. Ekstrimitas anterior yang merupakan ala (sayap) skeletonnya terdiri atas humerus sebagai lengan atas, radius atau ulna, serta ossa carpalia sebagai tulang pergelangan tangan pada Columbia livia hanya tinggal sisanya yaitu os scaphodium menempel pada ulna, os cuniforme menempel pada radius.
Lytle dkk (2005), menyatakan bahwa masalah dalam semua sistematika burung, adalah pengenalan konvergensi. Burung yang berbeda ternyata dapat menunjukan hubungan kekerabatan yang dekat, atau dinyatakan berkerabat dekat karena konvergensi dari bentuk yang berbeda yang disebabkan oleh adaptasi terhadap kehidupan. Klasifikasi berdasarkan prinsip filogenetik sangat penting, tetapi sulit untuk dilakukan untuk memilah persamaan dan perbedaan pada burung. Contoh konvergensi adalah kesamaan umum, tetapi memiliki kekhususan seperti :
1. Struktur dan warna paruh, dari burung rangkong dan toucan yang sama-sama beradaptasi untuk memakan buah-buahnan dari pepohonan di hutan tropika.
2. Perbedaan kaki, kedua burung di atas memiliki susunan jari kaki yang berbeda, Secara umum perbedaan kaki lebih konservatif daripada paruh karena itu lebih reliabel, karena itu kedua burung ini tidak diklassifikasikan bersama.
Umumnya filogeni burung yang didasarkan pada sifat alur bulu-bulu, bentuk tendon otot tungkai, protein pada albumin telur, tidak dapat diandalkan untuk identifikasi sehari-hari di museum maupun untuk identifikasi di lapangan.
Jumani (2009), menyatakan bahwa burung dara mempunyai bulu-bulu ekor yang berpangkal di uropygium. Extremitasnya terdiri dari extremitas superior dan inferior. Extremitas superior yang skeletonnya terdiri atas humerus, radius, ulna, dan ossa carpalia pada aves tinggal 2 buah. Extremitas inferior terdiri atas femur , patella, fibula yang pendek, dan tibio-tarsus yang merupakan persatuan dari tulang tibia dan tarsalia. Tulang cakar terdiri atas metatarsus dan digiti yang mempunyai ruas phalanx (jari-jari). Pada ujung jari terdapat falcula yaitu kuku untuk mencakar, 4 jari itu ada 3 yang mengarah ke muka dan 1 yang mengarah ke belakang.
Ali (2008), menyatakan bahwa bentuk bulu pada ekor burung pada saat tidak terbang bermacam-macam, antara lain berbentuk persegi, bertakik, bercabang. Bulu sebelah luar memanjang, bulu ekor dengan raket, bulu tengah panjang, bundar, berbentuk cakram, berbentuk tingkatan, dan berujung runcing.
Kardong (2002), menyatakan bahwa tubuh Aves dibedakan atas caput, cerviks, truncus, dan cauda. Sepasang ekstrimitas superior merupakan ala atau sayap yang terlipat seperti huruf Z, pada saat tubuh tidak terbang. Ekstrimitas inferior berupa kaki, otot daging paha kuat, sedang bagian bawahnya bersisik dan bercakar. Mulut mempunyai rostrum atau paruh yang terbentuk oleh maksila pada ruang atas dan mandibula pada ruang bawah. Bagian dalam rostrum dilapisi oleh lapisan yang disebut cera, sedang sebelah luar dilapisi oleh pembungkus selaput zat tanduk.
Andrean (2010), menyatakan bahwa mammalia memiliki ciri-ciri khas seperti mempunyai kelenjar mammae, kelenjar keringat, kelenjar bau, memiliki rambut, pada umumnya melahirkan (kecuali Monotremata), dan dalam sejarah evolusi Mammalia merupakan perkembangan lanjut dari Reptilia. Ciri lain dari Mammalia diantaranya mempunyai gigi yang heterodon (kecuali pada ikan paus yang memiliki gigi sisir, dan pada trenggiling tidak memiliki gigi sama sekali), mempunyai dua set gigi gigi susu dan gigi permanen, mempunyai daun telinga, pendengaran dan penciuman yang tajam, penyederhanaan rangka, mempunyai larynx, punya cerebra kortex yang berkembang. Mammalia tingkat tinggi tidak memiliki kloaka, sedangkan tingkat rendah masih mepunyai kloaka pada ordo Monotremata).
Anonim (2010), menyatakan bahwa binatang menyusui atau mamalia adalah kelas hewan vertebrata yang terutama dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya; adanya rambut; dan tubuh yang endoterm atau "berdarah panas". Secara filogenetik, yang disebut Mamalia adalah semua turunan dari nenek moyang monotremata (seperti echidna) dan mamalia therian (berplasenta dan berkantung atau marsupial). Sebagian besar mamalia melahirkan keturunannya, tapi ada beberapa mamalia yang tergolong ke dalam monotremata yang bertelur. Kelahiran juga terjadi pada banyak spesies non-mamalia, seperti pada ikan guppy dan hiu martil; karenanya melahirkan bukan dianggap sebagai ciri khusus mamalia. Demikian juga dengan sifat endotermik yang juga dimiliki oleh burung.
Pratiwi (2004), menyatakan bahwa kelompok hewan vertebrata memiliki kolumna vertebralis atau ruas- ruas tulang belakang. Jadi korda dorsalis (kerangka sumbu primer) hanya terdapat pada masa tingkatan embrio. Vertebrata dsebut juga kraniata karena semua hewan vertebrata sudah memiliki otak, yang terlindung dari cranium.
Sofa (2008), menyatakan bahwa nama Mamalia berasal dari ciri utama anggota-anggota (hewan) yang memiliki glandula mamae. Mammalia memiliki rambut-rambut, yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari pengaruh panas maupun dingin. Di dalam kulit mamalia terdapat kelenjar air susu, kelenjar peluh (keringat) dan kelenjar minyak. Beberapa jenis mamalia mempunyai kelenjar lain misalnya kelenjar baud an kelenjar pipi. Berdasarkan sifatnya gigi-gigi mamalia adalah heterodont, thecodont, dan dyphodont. Dipandang dari cara menapakkan kakinya, mammalia ada yang bersifat plantigrad, digitigrad, dan unguligrad. Mamalia juga memiliki diafragma yang memisahkan rongga dada dari rongga perut. Dipandang dari aktivitasnya, ada mamalia yang nocturnal dan ada yang diurnal. Di dalam uterus dari saluran reproduksi betina.











BAB III
ISI
A. Clasis Aves
1. A. Nama spesies
Nama lokal : Kakatua Jambul Kuning
Nama ilmiah : Cacatua sulphurea
B. Nama Pengambil Data
1) Faruq Najedi A 420 080 010
2) Norma Wika J A 420 080 011
3) Devi Ranita sari A 420 080 012
4) Yulia Ayu Suzana A 420 080 013

C. Gambar











D. Klasifikasi
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Aves
Ordo : Psittaciformes
Familia : Psittacidae
Genus : Cacatua
Spesies : Cacatua sulphurea

E. Deskripsi
1) Habitat
Kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea) menghuni hutan primer dan sekunder yang tinggi dan tepi hutan juga hutan Monsun (Nusa Tenggara). Cacatua sulphurea menghuni hutan primer dan sekunder yang tinggi dan tepi hutan juga hutan Monsun (Nusa Tenggara). Persebaranya meliputi kepulauan Maluku bagian tengah dan utara, yaitu : P. Obi, P. Bacan, P. Halmahera, P. Ternate, dan P. Tidore. Terdapat juga di hutan primer, sekunder, yang endemic di Maluku.
2) Morfologi
Kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea) memiliki bulu yang menyeluruh berwarna putih menutupi permukaan tubuhnya, paruhnya pendek dan berkait berfungsi untuk mengupas biji – bijian dan memakan serangga kecil, sayapnya panjang dan runcing berfungsi untuk terbang, jari yang berjumlah 4 rata yang terdiri atas 2 di depan dan 2 di belakang, cakarnya melengkung runcing, burung ini merupakan tipe kaki petengger dengan ekor yang panjang dan rata.
3) Ciri Spesifik Spesies
Kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea) merupakan burung kakatua jambul kuning yang memiliki bulu yang indah, suaranya nyaring dan termasuk burung yang mempunyai kecerdasan yang cukup bagus serta berumur panjang hingga mencapai 60 tahun. Terdapat mahkota atau bulu jambul di ubun-ubun kepalanya. Bulu ini dapat ditegakan jika kakatua merasa terkejut, gembira atau ketakutan.



4) Perilaku
Kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea) memiliki perilaku sangat khas lucu, periang, dan dapat menirukan suara manusia. Lidahnya sangat lentur dapat meraba-raba pakan yang sedang dimakannya. Kakatua sering melewatkan waktunya di kanopi pohon, kakatua memulai masa kawin pada bulan Desember hingga Maret. Kakatua sering meninggalkan 2 butir telurnya pada sarang yang berada di dahan pohon.
5) Reproduksi
Kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea) berkembangbiak dengan cara bertelur. Menetaskan 2-3 telur dalam sarangnya di lubang pohon. Masa kehamilan sekitar 103 hari.
6) Makanan
Kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea) akan mencari tempat yang dimana tempat tersebut banyak ditumbuhi oleh tumbuhan yang berbiji. Jenis makanannya adalah biji-bijian serta serangga kecil termasuk hewan omnivore.











2. A Nama spesies
Nama local : Pelikan Kaca Mata
Nama ilmiah : Plecanus conspicilatus
B. Nama Pengambil Data
1) Faruq Najedi A 420 080 010
2) Norma Wika J A 420 080 011
3) Devi Ranita sari A 420 080 012
4) Yulia Ayu Suzana A 420 080 013
C. Gambar








D.Klasifikasi

Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Aves
Ordo : Pelecaniformes
Familia : Pelecanidae
Genus : Pelecanus
Spesies : Pelecanus conspicillatus



E. Deskripsi
1) Habitat
Pelikan kaca mata (Plecanus conspicilatus) suka hidup berkelompok dan berenang di danau, rawa-rawa, sungai, lautan. Tersebar di Australia, Irian kadang-kadang sampai Indonesia bagian barat.
2) Morfologi
Pelikan kaca mata (Plecanus conspicilatus) memiliki bulu yang menyeluruh, paruh yang panjang lurus dan bergantung yang digunakan untuk menangkap ikan saat ada di air. Sayap Pelikan kacamata ini memiliki sayap yang panjang. Jari berselaput terdiri dari 3 depan dan 1 belakang. Cakar runcing dan lurus. Tipe kaki Pelikan Kacamata perenang. Ekornya pendek.
3) Ciri Spesifik Spesies
Pelikan kaca mata (Plecanus conspicilatus) merupakan burung air yang sangat besar, mempunyai berat badan berkisar antara 4,5-11 kg, dengan rentangan sayap 2,75 m. Burung ini biasanya putih atau sebagian besar putih. Sayap dan ekor sebagian berwarna hitam. Selama musim mengeram warna kulit yang sulah, paruh, kantung, tenggorok, dan kaki menjadi lebih jelas. Burung pelikan mempunyai ciri-ciri khusus yaitu antara lain paruh besar dan lurus, dilengkapi dengan kait pada ujungnya dan kantong besar. Perbedaan morfologi antara jantan dan betina tidak jelas, sehingga agak sukar membedakan pelikan jantan dengan pelikan betina.
4) Perilaku
Pelikan kaca mata (Plecanus conspicilatus) merupakan burung yang hidup sosial, berkelompok dalam jumlah 50 sampai 40.000 berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain di daratan. Burung ini suka berenang di air, pakan utamanya adalah ikan, sambil berenang pelikan menangkap ikan dengan mudah, karena paruhnya yang bekerja serupa jala penangkap ikan. Paruhnya yang menyerupai kantung tidak seperti jala yang berlobang tapi sangat lentur dan mudah melar.
5) Reproduksi
Pelikan kaca mata (Plecanus conspicilatus) mampu bertelur sebanyak 4 butir, telur berwarna putih dan berukuran besar. Telur-telur itu akan menetas setelah dierami selam 30 hari. Pengeraman dan pemeliharaan dilakukan oleh induk jantan dan betina secara baik, yaitu secara bergantian.
6) Makanan
Pelikan kaca mata (Plecanus conspicilatus) di alam burung pelikan memakan ikan dan cara menangkapnya dengan cara menyendokan paruhnya kedalam air yang terdapat ikan. Seekor pelikan dalam satu hari mampu memakan ikan seberat 6 kg. Di Kebun Binatang Gembira Loka pelikan diberi ikan segar sebanyak 1 kg setiap hari.











3. A Nama spesies
Nama lokal : Bangau Tong-tong
Nama ilmiah : Leptoptilos javanicus
B Nama Pengambil Data
1) Faruq Najedi A 420 080 010
2) Norma Wika J A 420 080 011
3) Devi Ranita sari A 420 080 012
4) Yulia Ayu Suzana A 420 080 013

C. Gambar














D. Klasifikasi
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Aves
Ordo : Ciconiiformes
Familia : Ciconiidae
Genus : Leptoptilos
Spesies : Leptoptilos javanicus




E. Deskripsi
1) Habitat
Burung bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus) membentuk kelompok dengan bangau lain atau dengan elang bersarang di daerah hutan. Burung bangau tong-tong suka . mengunjungi sawah, padang rumput terbuka yang terbakar atau kebanjiran, gosong lumpur dan mangrove. Tersebar di India, Cina Selatan, Asia Tenggara dan Sunda Besar.
2) Morfologi
Bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus) memiliki bulu yang tidak menyeluruh, paruh yang panjang dan runcing pendek. Bangau Tong-tong memiliki jari 4 yang berselaput rata dan pendek yang terdiri dari 3 depaan dan 1 belakang, cakar runcing dan lurus. Tipe kaki pejalan dan memiliki ekor yang pendek.
3) Ciri Spesifik Spesies
Bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus) mempunyai tubuh yang sangat besar, panjangnya mencapai 110 cm, dengan tungkai panjang, leher panjang dan paruh panjang. Kakinya mempunyai selaput untuk mengarungi air dangkal. Bulu umumnya berwarna hitam dan putih. Di alam, burung ini sering berkeliaran terbang sendiri atau berkelompok. Burung ini membuat sarang di pohon yang tinggi, di tepi pantai, tambak. Sarang tersusun dari ranting, berisi 3-5 butir telur-telur, berwarna putih sebesar telur itik.Telur dierami oleh induk jantan dan betina bergantian selama 34 hari, burung bangau tong-tong merupakan pemakan hewan air tawar, serangga besar, katak, tikus, kerang, siput dan ikan.
4) Perilaku
Bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus) di alam burung ini sering keliaran terbang sendiri atau berkelompok. Bangau memiliki kemampuan adaptasi untuk mengarungi air yang dangkal dan rawa-rawa dengan jari kaki yang berselaput. Kebiasaan hidupnya sendiri atau berpasang-pasangan. Burung bangau tong-tong mempunyai sifat pendiam, tidak suka bersuara tapi bila diganggu maka paruhnya akan berderak-derak.
5) Reproduksi
Bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus) membuat sarang di pohon yang tinggi, di tepi pantai, tambak. Sarang tersusun dari ranting-ranting berisi 3-5 butir telur. Telur berwarna putih sebesar telur itik. Telur dierami oleh induk jantan dan betina bergantian selama 34 hari.
6) Makanan
Bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus) di habitat aslinya burung bangau tong-tong terutama memakan hewan air tawar, serangga besar, katak, tikus, kerang, siput dan ikan. Di Kebun Binatang Gembira Loka burung diberi pakan ikan segar.















4. A Nama spesies
Nama local : Macau Merah
Nama ilmiah : Ara macau
B Nama Pengambil Data
1) Faruq Najedi A 420 080 010
2) Norma Wika J A 420 080 011
3) Devi Ranita sari A 420 080 012
4) Yulia Ayu Suzana A 420 080 013

C. Gambar

















D. Klasifikasi

Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Aves
Sub Classis : Neornithes
Super Ordo : Neognathae
Ordo : Psittaciformes
Familia : Psittacidae
Genus : Ara
Spesies : Ara macau




E. Deskripsi

1) Habitat
Macau merah (Ara macau) berhabitat di hutan dan perkebunan. Tersebar di Meksiko sampai Bolivia.
2) Morfologi
Macau merah (Ara macau) mempunyai bulu yang menyeluruh, paruh yang pendek dan berkait yang digunakan untuk memakan makanannya yang berupa biji-biji. Sayapnya pendek dan runcing. Memiliki jari 4 rata yang terdiri dari 2 didepan dan 2 dibelakang, cakarnya runcing melengkung, mempunyai tipe kaki petengger, serta ekor yang panjang runcing.
3) Ciri Spesifik Spesies
Macau merah (Ara macau) termasuk burung yang besar. ukuran tubuhnya mencapai 60 cm. Warna bulu merah muda. bagian sayap berwarna biru. kuning dan hijau. Burung ini mahir memanjat karena struklur kakinya yang terdiri dari dua pasang jari kaki. yang sepasang menghadap ke depan dan lainnya menghadap ke belakang. Burung ini sangat diminati karena mudah dalam beradaptasi di kurungan dan keindahan bulunya.
4) Perilaku
Burung makau merah (Ara macau) paling suka memanjat pohon. Bila di dalam kandang burung ini suka memanjat teralis kandang dan memegang dahan pohon dengan paruhnya. Di alam. burung ini bisa merusak dahan-dahan pohon kecil karena dipatahkan dengan paruhnya.

5) Reproduksi
Makau merah (Ara macau) tidak berbeda dengan jenis lainnya. burung ini bersarang di lubang pohon dan meletakkan telurnya sejumlah 2-4 butir.
6) Makanan
Makau merah (Ara macau) di alamnya burung makau memakan biji-bijian, buah-buahan, kacang-kacangan, sayuran. Di Kebun Binatang Gembira Loka burung ini diberi pakan jagung muda.



















5. A Nama spesies
Nama local : Mambruk
Nama ilmiah : Goura victoria
B Nama pengambil data
1) Faruq Najedi A 420 080 010
2) Norma Wika J A 420 080 011
3) Devi Ranita sari A 420 080 012
4) Yulia Ayu Suzana A 420 080 013

C. Gambar

















D. Klasifikasi

Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Classis : Aves
Ordo : Columbiformes
Familia : Gaurinae
Genus : Gaura
Spesies : Goura victoria




E. Deskripsi

1) Habitat
Mambruk (Goura victoria) sering di jumpai di hutan dataran rendah pulau Irian dan beberapa pulau disekitarnya. Tersebar juga di hutan sagu,dan hutan rawa di bagian utara pulau Irian, termasuk juga pulau Yapen, dan pulau Biak.
2) Morfologi
Mambruk (Goura victoria) memiliki bulu menyeluruh menutupi semua permukaan tubuhnya, paruhya pendek dan lurus, sayapnya pendek dan runcing, jarinya berjumlah 4 rata yang terdiri atas 3 di depan dan 1 di belakang, cakarnya runcing dan melengkung, kakinya bertengger, serta ekornya pendek rata.
3) Ciri Spesifik Spesies
Mambruk (Goura victoria) memiliki tubuh besar dengan panjang mencapai 74 cm dan memiliki bulu berwarna biru keabu -abuan. Jambul seperti kipas dengan ujung putih, dada merah marun keunguan, paruh abu-abu, kaki merah kusam dan garis tebal berwarna abu-abu di sayap dan ujung ekornya. Disekitar mata terdapat topeng hitam dengan iris mata berwarna merah. Burung jantan dan betina serupa. Burung dará mahkota rata-rata menyukai pakan dalam bentuk butiran yang sudah di pecahkan. Burung ini tidak menyukai bahan pakan berbentuk tepung, tetapi dapat menerima bahan pakan yang berbentuk pelet. Burung ini juga menyukai 'grit' yang digiling dari pada yang utuh. Burung ini memiliki bulu berwarna biru keabu-abuan dengan jambul berbentuk kipas, dada merah marun keunguan, terdapat garis abu-abu di sayap dan ujung ekornya. Disekitar mata terdapat topeng hitam dengan iris mata berwarna merah.

4) Perilaku
Mambruk (Gouria victoria) hidup berpasangan atau dalam suatu kelompok. Bersarang diatas dahan pohon. Membuat sarang dari ranting-ranting dedaunan. Mencari makan diatas permukaan tanah.
5) Reproduksi
Mambruk (Goura Victoria) bereproduksi dengan ovipar / bertelur, bersarang di atas pohon. Sarangnya terbuat dari ranting dan dedaunan. Burung betina biasanya menetaskan sebutir telur berwarna putih.
6) Makanan
Mambruk (Goura victoria) termasuk dalam hewan herbivore karena makanannya berupa biji-bijian dan buah-buahan yang jatuh di tanah.











B . Clasis Mamalia
1. A. Nama spesies
Nama lokal : Kuda Nil
Nama ilmiah : Hypopotamus amphibius
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018

C. Gambar












D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Family : Hippotamidae
Genus : Hipopotamus
Species : Hipopotamus amphibius

E. Deskripsi
1) Habitat
Kuda nil (Hypopotamus amphibius) biasanya bertempat tinggal di sungai dan danau yang berbatasan dengan padang rumput.
2) Morfologi
Kuda nil (Hypopotamus amphibius) mempunyai warna kulit di bagian dorsal berwarna coklat tua atau hitam, sedangkan bagian ventral berwarna coklat muda. Ukuran tubuhnya besar, dan glandula mammae terletak di bagian pelvis.
3) Ciri Spesifik
Kuda nil (Hypopotamus amphibius) dikenal sebagai satwa amphibia, karena sebagian besar waktu hidupnya dihabiskan di dalam air. Lubang hidung, telinga dan mata terletak rata pada kepala bagian atas, sehingga dapat tersembul bersama-sama saat satwa ini menyelam.
4) Perilaku
Kuda nil (Hypopotamus amphibius) hidup di dalam kelompok sosial, jumlah rata-rata kelompok 10 ekor. Kadang setiap kelompoknya dapat mencapai 100 ekor. Tiap kelompok mempunyai teritori sendiri-sendiri yang ditandai dengan air kencing dan kotorannya. Mereka mempertahankan daerah teritorinya dengan perkelahian. Mulut yang lebar dengan gigi-gigi yang tajam merupakan senjata yang ampuh untuk menyingkirkan lawan-Iawannya.
5) Reproduksi
Kuda nil (Hypopotamus amphibius) perkawinannya sering dilakukan di dalam air, masa kebuntingan 8-9 bulan. Anak yang dilahirkan biasanya 1 ekor, kelahiran terjadi setelah induk meninggalkan kelompoknya. Biasanya kuda nil melahirkan di darat, tetapi tidak jarang ditemui di dalam air.
6) Makanan
Kuda nil (Hypopotamus amphibius) di habitat aslinya makan pada malam hari, berbagai jenis pakan yaitu antara lain rumput-rumputan, bagian dari pohon dan semak belukar. Dalam waktu 1 malam seekor kuda nil akan mampu memakan pakan hingga seberat 70 kg. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan berupa pisang, rumput, jagung giling dan nasi seberat kira-kira 10% dari berat badannya.























2. A. Nama spesies
Nama lokal : Banteng
Nama ilmiah : Bos sondaicus
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018

C. Gambar













D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Family : Bovidae
Genus : Bos
Species : Bos sondaicus

E. Deskripsi
1) Habitat
Banteng (Bos sondaicus) menyukai topografi yang rata atau sedikit bergelombang, dengan hutan yang tidak begitu lebat dan lapangan terbuka yang berumput atau berumpun bambu.
2) Morfologi
Banteng (Bos sondaicus) mempunyai pola warna kulit coklat kemerahan di bagian dorsal dan ventralnya pada betina. Pantat dan kaki bawah berwarna putih, ada rambutnya. Mempunyai ukuran tubuh besar dan glandula mammae terletak di bagian pelvis.
3) Ciri Spesifik
Banteng (Bos sondaicus) mempunyai bentuk dan ukuran mirip sapi peliharaan. Banteng Jantan mempunyai baga dan tanduk selalu menghadap ke depan. Satwa ini tubuh bagian depan lebih tinggi dari bagian belakang sehingga nampak gagah.
4) Perilaku
Banteng (Bos sondaicus) hidup di dalam kelompok besar 10-30 ekor, mencari pakan pada pagi dan sore hari. Perilaku seperti merumput, berkubang, menjelajah dan istirahat selalu dilakukan secara berurutan. Jika kelompok banteng terancam bahaya maka seluruh anggota kelompok mengawasi bersamaan pada datangnya bahaya dan tidak segan-segan akan menghadapi dengan gagah berani. Dalam perkembangannya banteng telah didomistikasi sebagai contohnya sapi bali.
5) Reproduksi
Banteng (Bos sondaicus) musim kawinnya dari lokasi yang berbeda selalu berlainan, di Taman Suaka Margasatwa Ujung Kulon musim kawin pada bulan Juli dan Agustus. Lama bunting 270-280 hari, anak yang dilahirkan selalu 1 ekor. Anak banteng menjadi dewasa setelah berumur 2-3 tahun.

6) Makanan
Banteng (Bos sondaicus) memakan rebung dan pada waktu musim kemarau menyukai merumput di padang rumput. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan berupa rumput, ubi jalar, katul, daun-daunan dan garam yang dicampur merata. Kuantitas pakan 10% dari berat badan untuk setiap harinya.

























3. A. Nama spesies
Nama lokal : Tapir Brazil
Nama ilmiah : Tapirus terrastris
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018

C. Gambar













D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Perissodactyla
Family : Tapiridae
Genus : Tapirus
Species : Tapirus terrastris

E. Deskripsi
1) Habitat
Tapir brazil (Tapirus terrastris) biasanya di hutan tropika, hutan kayu.
2) Morfologi
Tapir brazil (Tapirus terrastris) mempunyai warna kulit terbagi menjadi dua bagian yaitu hitam dan putih di bagian dorsal dan ventralnya. Warna belang putih terdapat di bagian ujung telinga, tubuh di bagian belakang, dan kaki. Ukuran tubuhnya besar dan glandula mammae terletak di pelvis.
3) Ciri Spesifik
Tapir brazil (Tapirus terrastris) merupakan satwa berkuku ganjil seperti kuda dan badak. Tubuh yang pendek, serta leher dan ekor pendek juga dengan belalai menghadap ke depan menjadikan satwa ini nampak lucu jika diperhatikan, khususnya saat berjalan.
4) Perilaku
Tapir brazil (Tapirus terrastris) bersifat soliter, tetapi kadang-kadang hidup berpasangan. Bergerak dengan cepat dan jarang dapat terlihat. Satwa ini mencari pakan pada malam hari. Jika menghadapi predator ia akan menghindar dengan cara menghindarkan diri ke dalam semak belukar atau menenggelamkan dirinya ke dalam air. Jika dalam keadaan terdesak maka ada kemungkinan akan menggigit. Teritorianya dibatasi dengan kotoran atau air kencingnya.
5) Reproduksi
Tapir brazil (Tapirus terrastris) waktu reproduksi tergantung dari tempatnya, musim kawin terjadi pada bulan April hingga Mei. Setelah kawin induk tapir bunting selama 390 sampai 395 hari, anak yang dilahirkan 1 ekor dan diasuh hingga 8 bulan. Anak tapir berwarna coklat dengan garis putih melintang.

6) Makanan
Tapir brazil (Tapirus terrastris) di habitat aslinya tapir memakan berbagai jenis tumbuhan, yang dimakan seperti daun, akar, ubi-ubian buah dan kadang-kadang dijumpai memakan kulit pohon. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan berupa rumput gajah, daun tanaman keras, sayuran, ketela rambat cacah, dan bekatul dengan berat 10% darl berat badannya.
























4. A. Nama spesies
Nama lokal : Babi Hutan
Nama ilmiah : Sus scrofa
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018

C. Gambar













D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Family : Suidae
Genus : Sus
Species : Sus scrofa

E. Deskripsi
1) Habitat
Babi hutan (Sus scrofa) hidup di semak belukar dan hutan, juga dapat dijumpai di lingkungan yang kering.
2) Morfologi
Babi hutan (Sus scrofa) mempunyai warna ulit abu-abu di bagian dorsal, di bagian kepala terdapat bulu yang berwarna coklat kuning. Sedangkan di bagian ventral berwarna putih. Ukuran tubuhnya besar dan glandula mammae terletak di bagian pelvis.
3) Ciri Spesifik
Babi hutan (Sus scrofa) tubuhnya nampak ditumbuhi rambut-rambut panjang yang jarang jarang, kulit berwarna coklat, kepala nampak besar, kurang proporsional jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya. Lubang hidungnya menghadap ke depan seperti corong dengan dibatasi oleh kulit yang tebal. Taringnya kelihatan menyembul ke samping di bagian depan kepala dan di bagian depan bawah telinga terdapat benjolan. Kaki yang pendek tidak memungkinkan babi hutan bergerak lincah.
4) Perilaku
Babi hutan (Sus scrofa) merupakan satwa yang sanggup bertahan hidup pada berbagai macam habitat dan juga dapat bertahan hidup dalam kondisi kekurangan sumber pakan. Satwa ini sering dijumpai hidup berkelompok dalam jumlah antara 20 sampai 30 ekor. Babi hutan jika mencari pakan dilakukan pada waktu sore hari hingga larut malam. Satwa yang sangat agresif ini tidak segan-segan memburu atau melawan adanya gangguan dari binatang lain.
5) Reproduksi
Babi hutan (Sus scrofa) matang kelamin setelah berumur 4 tahun, setelah kawin babi hutan betina bunting selama 115 hari. Jumlah anak yang dilahirkan mencapai 10 ekor atau lebih, Di habitatnya babi hutan tahan hidup mencapai umur 20 tahun.
6) Makanan
Babi hutan (Sus scrofa) jenis pakan di habitat aslinya yaitu antara lain dari berbagai jenis tumbuhan, umbi-umbian, cacing, bekicot ,kepiting dan lain-Iain. Di Kebun Binatang Gembira Loka babi hutan diberi pakan berupa sayur-sayuran, umbi-umbian yang berupa ketela rambat dicacah dan bekatul yang dicampur hingga rata.

























5. A. Nama spesies
Nama lokal : Nilgae
Nama ilmiah : Boselaphus trogocamelus
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018
C. Gambar













D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Family : Bovidae
Genus : Boselaphus
Species : Boselaphus trogocamelus

E. Deskripsi
1) Habitat
Nilgae (Boselaphus trogocamelus) menyukai hidup di padang rumput, stepa dan hutan kayu.
2) Morfologi
Nilgae (Boselaphus trogocamelus) mempunyai pola warna kulit coklat di bagian dorsal maupun ventral pada betina dengan bagian leher atas sampai kuduk, ujung ekor berwarna agak kehitaman. Terdapat bercak putih dibawah mata, ekor dalam, kaki dalam dan pergelangan kaki. Ukuran tubuhnya besar dan glandula mammae terletak di bagian pelvis.
3) Ciri Spesifik
Nilgae (Boselaphus trogocamelus) mirip kuda, tetapi bertanduk ini merupakan anggota keluarga sapi. Tubuhnya tertutup oleh mantel rambut, yang jantan berwarna abu-abu dengan bagian tertentu berwarna hitam seperti pada rambut panjang dibagian leher atas sampai kuduk, janggut bawah dan ujung ekor. Nilgai yang betina berwarna coklat dengan bagian leher atas sampai kuduk, ujung ekor berwarna agak kehitaman. Baik jantan maupun betina terdapat bercak putih dibawah mata, ekor dalam, kaki dalam dan pergelangan kaki.
4) Perilaku
Nilgae (Boselaphus trogocamelus) hidup dalam kelompok antara 8 sampai 10 ekor dari dua segmen kelamin. Tempat tinggal kelompok adalah merupakan daerah teritorinya, sebagai daerah istirahat, berkubang dan membuang kotoran. Satwa ini akan berlari kencang jika menghadapi suatu bahaya yang mengancam kehidupan dirinya dari predator-predator yang mendatanginya untuk memangsanya.
5) Reproduksi
Nilgae (Boselaphus trogocamelus) Musim kawinnya terjadi dan berakhir pada bulan Maret, kemudian induk akan bunting dan melahirkan anaknya pada bulan Desember. Anak yang dilahirkan biasanya akan kembar atau dua ekor.
6) Makanan
Nilgae (Boselaphus trogocamelus) memakan berbagai bagian dari tanaman tertentu seperti ujung-ujung daun, biji, dan juga memakan rumput-rumputan. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan berupa rumput kolonjono, daun kacang, katul dengan kuantitas berat pakan 10% dari berat badannya setiap diberikan.























6. A. Nama spesies
Nama lokal : Zebra
Nama ilmiah : Equus zebra
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018
C. Gambar













D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Perissodactyla
Family : Equitae
Genus : Equus
Species : Equus zebra


E. Deskripsi
1) Habitat
Zebra (Equus zebra) hidup di savana, hutan terbuka.
2) Morfologi
Zebra (Equus zebra) mempunyai warna kulit putih di bagian dorsal dan ventral, termodifikasi dengan pola garis tebal melintang berwarna hitam. Ukuran tubuh besar dan glandula mammae terletak di bagian pelvis.
3) Ciri Spesifik
Zebra (Equus zebra) termasuk satwa jenis kuda yang berkuku tunggal. Tubuhnya tertutup oleh mantel rambut dengan warna dasar putih dengan pola garis-garis tebal melintang sampai agak membuiur berwarna hitam, hanya bagian tertentu kurang berwarna hitam seperti pada bagian moncong mulut dan rambut-rambut ekor. Bagian tertentu berambut panjang yaitu pada bagian leher atas dan bagian ekor.
4) Perilaku
Zebra (Equus zebra) biasanya suka mendekati sumber air, hidup secara berkelompok dalam jumlah besar sampai ratusan ekor, teristimewa pada musim panas, dan akan berasosiassi dengan spesies lain sebagai contohnya guanaco. Dua spesies sebra dan banyak spesies antilop. Mereka akan segera berlari cepat jika melihat adanya predator yang datang dan diketahui oleh salah satu kelompoknya.
5) Reproduksi
Zebra (Equus zebra) melakukan perkawinan induk betina akan bunting selama kira-kira 1 tahun. Anak yang dilahirkan berjumlah satu ekor dan akan diasuh oleh induknya sampai bisa mandiri. Satwa ini mampu hidup di alam sekitar 25 sampai 30 tahun.




6) Makanan
Zebra (Equus zebra) di habitat aslinya sebra memakan berbagai jenis pakan antara lain rumput dan daun-daunan, tetapi sangat menyukai ujung rumput yang masih muda. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan berupa rumput kolonjono, bekatul dan ketela rambat dengan kuantitas berat pakan yaitu 10% dari berat badannya.

























7. A. Nama spesies
Nama lokal : Wau-Wau Sumatra
Nama ilmiah : Hylobates agilis
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018

C. Gambar














D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Primata
Family : Hylobatidae
Genus : Hylobates
Species : Hylobates agilis

E. Deskripsi
1) Habitat
Wau-wau Sumatra (Hylobates agilis) biasanya hidup di hutan tropika, dan kadang-kadang memasuki kebun kopi.
2) Morfologi
Wau-wau Sumatra (Hylobates agilis) mempunyai pola warna hitam dan coklat di bagian dorsal maupun ventral. Ukuran tubuhnya besar dan mempunyai glandula mammae di bagian pectoral.
3) Ciri Spesifik
Wau-wau Sumatra (Hylobates agilis) tubuhnya tertutup oleh mantel rambut berwarna abu-abu sampai coklat, muka nampak berwarna kekuning-kuningan sampai coklat terang di bagian lain berwarna hitam atau coklat terang. Di atas mata tampak alis yang berwarna putih.
4) Perilaku
Wau-wau Sumatra (Hylobates agilis) hidup di dalam kelompok keluarga, selalu terdiri dari satu pasangan bersama beberapa anak. Kelompok ini pada umumnya mempunyai teritoria se!uas 30 sampai 100 ha, bergerak selalu di atas pohon dengan gelantungkan diri pada ranting-ranting pohon dengan menggunakan kedua tangan , dan kakinya, disertai dengan mengeluarkan teriakan keras, yang sekaligus berfungsi sebagai batas teritorianya.
5) Reproduksi
Wau-wau Sumatra (Hylobates agilis) perkawinan monogami dilakukan sesuai dengan siklus birahi, berjalan sepanjang tahun. Lama bunting 200 sampai 212 hari, induk betina selalu melahirkan 1 ekor anak yang kemudian diasuh selama beberapa bulan.



6) Makanan
Wau-wau Sumatra (Hylobates agilis) di habitat aslinya memakan makanan terutama buah-buahan, tetapi juga memakan daun dan pucuk daun tanaman, bahkan juga memakan insekta, laba-Iaba, burung, telur burung dan kadal. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan berupa buah-buahan dan sayuran dengan kuantitas berat pakan 10% dari berat badannya.
























8. A. Nama spesies
Nama lokal : Unta Punuk Satu
Nama ilmiah : Camelus dromedarius
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018

C. Gambar














D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Family : Camelidae
Genus : Camelus
Species : Camelus dromedaries

E. Deskripsi
1) Habitat
Unta punuk satu (Camelus dromedarius) hidup di padang pasir.
2) Morfologi
Unta punuk satu (Camelus dromedarius) mempunyai pola warna colat tua di bagian dorsalnya dan coklat muda di bagian ventralnya. Ukuran tubuhnya besar, glandula mammae terletak di bagian pelvis.
3) Ciri Spesifik
Unta punuk satu (Camelus dromedarius) mempunyai ciri yang mudah dikenali yaitu tubuh tertutup mantel rambut berwarna coklat, kadang-kadang gimbal. Tubuh nampak jangkung dengan kaki-kaki yang panjang, leher panjang, dan mempunyai punuk pada punggung satu buah. Ujung moncong membelah yang difungsikan sebagai penjepit rumput yang akan dimakan. Dibagian janggut, punggung dan ekor rambut biasanya lebih panjang dan berwarna lebih gelap.
4) Perilaku
Unta punuk satu (Camelus dromedarius) menyukai hidup berkelompok, kemampuan jalannya tidak diragukan lagi yaitu mampu menempuh jarak 80 km dalam 1 hari dan dalam 5 hari dapat menempuh jarak 400 km dengan kecepatan rata-rata 4 km/jam. Keistimewaan lainnya adalah memiliki bagian lambung penyimpan air, sehingga tahan tidak minum dalam waktu yang cukup lama. Dalam mempertahankan dirinya unta menggunakan tendangan dan sepakan atau pukulan dan gigitan
5) Reproduksi
Unta punuk satu (Camelus dromedarius) pada musim kawin mengalami pembengkakan pada beberapa bagian rongga mulutnya terjadi pada unta jantan. Perkawinan dilakukan pada bulan Februari, lama bunting 390-410 hari. Anak-anak dari induk-induk unta akan diasuh selama 1 tahun, lama hidup dapat mencapai 25 tahun.

6) Makanan
Unta punuk satu (Camelus dromedarius) menyukai dari jenis-jenis pakan seperti rumput-rumputan dan bagian dari tanaman yang masih muda. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan berupa rumput kolonjono, daun kacang, ketela rambat, nasi dan katul yang ditambah garam. Kuantitas pakan yang diberikan kira-kira 10% dari berat badannya.
























9. A. Nama spesies
Nama lokal : Lutung
Nama ilmiah : Presbytis cristata
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018

C. Gambar













D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Primata
Family : Cercophithecidae
Genus : Presbytis
Species : Presbytis cristata

E. Deskripsi
1) Habitat
Lutung (Presbytis cristata) hidup di hutan primer, mangrove dan hutan daratan.
2) Morfologi
Lutung (Presbytis cristata) mempunyai warna kulit hitam di bagian dorsalnya dan keabu-abuan di bagian ventralnya. Ukuran tubuhnya besar dan mempunyai glandula mammae di bagian pectoralnya.
3) Ciri Spesifik
Lutung (Presbytis cristata) tubuh tertutup mantel rambut berwarna hitam, di bagian muka , bawah leher dan belakang paha berwarna abu- abu, anggota tubuh dan ekor yang panjang menunjukkan satwa ini sangat lihai bila bergerak di atas pohon. Bentuk mata bulat menghadap ke depan dengan kelopak mata tebal dan berbentuk bulat.
4) Perilaku
Lutung (Presbytis cristata) hidup dalam kelompok organisasi sosial, bertempat tinggal di dalam pejantan atau lebih, pejantan ini akan ganti setiap satu tahun sekali atau jika ada kematian. Jika dalam keadaan bahaya maka akan berteriak. Berpindah-pindah dengan menggelantungkan badannya dengan bantuan keseimbangan pada ekornya.
5) Reproduksi
Lutung (Presbytis cristata) akan bunting setelah perkawinan selama 196 hari, seekor induk betina akan melahirkan sebanyak 1 ekor anak yang dilahirkan pada bulan Desember sampai dengan bulan Mei dan akan diasuh oleh induknya.
6) Makanan
Lutung (Presbytis cristata) dalam habitat aslinya spesialisasinya memakan ujung daun dari berbagai jenis tanaman, selain itu juga memakan buah, bunga, jika bergerak di atas tanah akan minum dan memakan binatang-binatang kecil seperti Insekta. Di Gembira Loka diberi pakan berupa buah-buahan dan sayuran dengan kuantitas 10 % dari berat badannya.

10. A. Nama spesies
Nama lokal : Beruang Madu
Nama ilmiah : Helarctos malayanus
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018

C. Gambar













D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Carnivora
Family : Ursidae
Genus : Helarctos
Species : Helarctos malayanus

E. Deskripsi
1) Habitat
Beruang madu (Helarctos malayanus) di hutan primer atau daerah perkebunan, hutan tropik dan hutan kayu.
2) Morfologi
Beruang madu (Helarctos malayanus) mempunyai warna kulit hitam di bagian dorsal dan ventral, dan muka berwarna abu-abu. Di bagian leher depan terdapat rambut seperti kalung yang berwarna putih.
3) Ciri Spesifik
Beruang madu (Helarctos malayanus) merupakan anggota kelas Carnivora yang berukuran besar, akan tetapi termasuk berukuran kecil jika dibandingkan dengan anggota kelompoknya. tubuhnya tampak kokoh dan lebar, kepala panjang, leher pendek, telinga bulat dan mata relatif kecil. Daya pembaunya tajam, kaki berotot dengan 5 jari yang berkuku meruncing. Tubuhnya tertutup mantel rambut berwarna hitam, rambut lebat, bagian muka berwarna grey dan di bagian leher depan nampak rambut-rambut membentuk seperti kalung berwarna putih.
4) Perilaku
Beruang madu (Helarctos malayanus) biasa hidup di atas pohon, mernbuat sarang dari potongan ranting dan daun-daunan. Hidup soliter kadang berkelompok dalam jumlah kecil, mencari pakan pada waktu malarn hari bergerak bersama pasangannya dan tidur pada siang hari. Beruang madu adalah pemakan segala, gigi geraharn yang datar mernudahkan untuk mengunyah tumbuh-tumbuhan dan taring yang runcing sebagai alat penyobek daging.
5) Reproduksi
Beruang madu (Helarctos malayanus) tidak mernpunyai musirn kawin tetapi perkawinan dilakukan sewaktu-waktu terutama bila beruang madu betina telah siap kawin. Lama bunting 95 sampai 96 hari. Anak yang dilahirkan biasanya berjumlah 2 ekor. Anak-anak disusui selama 18 bulan.
6) Makanan
Beruang madu (Helarctos malayanus) di habitat aslinya beruang madu memakan buah-buahan seperti kelapa, coklat, kopi dan ujung-ujung daun serta memakan daging mammalia, telur burung, serangga, keong dan lain sebagainya. Di Kebun Binatang Gembira Loka beruang madu diberi pakan berupa pepaya, nasi dan juga diberikan daging sebagai penambah kekuatan.






















11. A. Nama spesies
Nama lokal : Gajah Asia
Nama ilmiah : Elephas maximus
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018

C. Gambar













D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Proboscidae
Family : Elephantidae
Genus : Elephas
Species : Elephas maximus

E. Deskripsi
1) Habitat
Gajah asia (Elephas maximus) hidup bervariasi dari hutan tropika sampai perkebunan dataran rendah.
2) Morfologi
Gajah asia (Elephas maximus) mempunyai pola warna di bagian dorsal dan ventral berwarna kelabu sampai hitam kelam. Ukuran tubuhnya besar dan mempunyai glandula mammae di bagian pectoral.
3) Ciri Spesifik
Gajah asia (Elephas maximus) merupakan spesies dari kelas mamalia yang berukuran sangat besar, berat tubuhnya dapat mencapai 5400 kg. Gajah jantan dewasa terlihat sangat gagah dengan belalai panjang dan sepasang gading yang memanjang ke depan. Kulitnya lidak banyak ditumbuhi oleh rambut-rambut hanya terlihat di bagian-bagian tertentu seperti di atas kepala, kuduk serta uiung ekor. Wama kulit gaiah adalah kelabu sampai hitam kelam, belalai yang berfungsi sebagai tangan merupakan modifikasi bibir dan hidung. Sedangkan telinganya yang lebar berfungsi untuk menghalau lalat yang mengganggu yang biasanya hinggap di bagian mata dan mulut.
4) Perilaku
Gajah asia (Elephas maximus) hidup secara berkelompok antara 10 sampai 30 ekor yang dipimpin oleh gajah betina yang paling tua. Hidupnya berpindah-pindah untuk mendapatkan pakan. Gajah mempunyai naluri yang baik sehingga mudah untuk dilatih berbagai macam latihan yang di manfaatkan oleh manusia dan juga sebagai hewan piaraan yang akan dapat membantu aktivitas kehidupan manusia. Sering juga kita jumpai gajah sebagai hiburan misalnya dijadikan hewan sirkus.
5) Reproduksi
Gajah asia (Elephas maximus) yang betina kawin setelah umur sekitar 9 sampai 12 tahun setelah kawin gajah akan bunting selama 18 sampai 22 bulan dan akan melahirkan anak dengan berat 100 kg. Selang antara melahirkan anak selama 4 tahun.
6) Makanan
Gajah asia (Elephas maximus) di habitat aslinya gajah memakan bermacam pohon beserta daun-daunnya seperti tanaman perdu, rumput-rumputan dan juga memakan buah dari berbagai jenis dan kadang-kadang dijumpai menyerang tanaman perkebunan. Di Kebun Binatang Gembira Loka gajah diberi pakan berupa rumput-rumputan, buah.buahan dan juga bekatul yang dicampur sampai rata.






















12. A. Nama spesies
Nama lokal : Rusa Tutul
Nama ilmiah : Axis axis
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018

C. Gambar













D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Family : Cervidae
Genus : Axis
Species : Axis axis

E. Deskripsi
1) Habitat
Rusa tutul (Axis axis) hidup di hutan muda, hutan kayu, dan tepian sungai.
2) Morfologi
Rusa tutul (Axis axis) mempunyai warna kulit di bagian dorsal berwarna coklat kemerahan dan di bagian ventral berwarna putih, serta mempunyai totol-totol putih di kulitnya. Ukuran tubuhnya besar dan mempunyai glandula mammae di bagian pelvis.
3) Ciri Spesifik
Rusa tutul (Axis axis) berukuran lebih kecil dari pada ukuran tubuh rusa jawa dan nampak langsing. Panjang tubuh 91 cm, paniang ekor 20 sampai 30 cm dengan berat badan kurang dari 45 kg, yang jantan mempunyai ronggah bercabang tiga. Satwa ini tubuhnya tertutup oleh mantel rambut yang berwarna coklat kemerahan dengan totol-totol berwarna putih, hanya dibagian tertentu seperti bagian dagu, bagian perut dan bagian kaki tidak bertotol. Warna totol-totol tersusun tidak tersebar akan tetapi membentuk seperti garis.
4) Perilaku
Rusa tutul (Axis axis) hidup berkelompok, di dalam kelompoknya terdapat beberapa rusa jantan, rusa betina dan anak-anak. Kelompok rusa dipimpin oleh rusa betina yang paling tua, yang berperan memberikan informasi kepada kelompoknya seperti jika menangkap adanya bahaya maka segera disusul dengan perintah menghindar. Jika dalam keadaan terpaksa karena ancaman maka rusa iantan yang paling kuat yang menghadapinya.
5) Reproduksi
Rusa tutul (Axis axis) perkawinannya dilakukan pada bulan Juni sampai Juli, lama bunting 7 sampai 7,5 bulan, anak-anak yang dilahirkan biasanya 1 ekor dan anak rusa tersebut diasuh oleh induknya hingga anak tersebut mampu mandiri.
6) Makanan
Rusa tutul (Axis axis) di habitat aslinya rusa tutul memakan berbagai bagian tanaman seperti daun, bunga, biji dari jenis-jenis tumbuhan tertentu. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan berupa rumput kolonjono dan daun-daunan dengan kuantitas berat pakan 10% dari berat badanya setiap diberikan.

















BAB IV
PEMBAHASAN
Sistematika hewan vertebrata merupakan salah satu mata kuliah sekaligus mata praktikum yang diwajibkan ditempuh mahasiswa pendidikan biologi. Mata praktikum ini mempelajari Classis Pisces sampai Mamalia sehingga mahasiswa mampu mengenal morfologi, habitat, ciri-ciri spesifik, cara makan, cara hidup dan tingkah laku dari masing-masing spesies
Sistematika merupakan salah satu cabang Biologi yang membahas tentang Klasifikasi atau penggolongan makhluk-makhluk hidup. Kecuali istilah sistematik, dalam Biologi kita jumpai juga istilah Taksonomi (Yunani: takson = jenjang + nomor = hukum, atau aturan) yang dalam arti umum sering juga dipakai sebagai pengganti istilah Sistematik. Sehubungan dengan terbaginya makhluk hidup menjadi tanaman dan hewan, maka dikenal juga istilah Sistematik tanaman dan Sistematik hewan.
Hewan vertebrata merupakan kelompok hewan yang memiliki tulang belakang (vertebrae). Hewan vertebrata terbagi dalam beberapa classis yaitu Pisces, Amphibi, Reptil, Aves dan Mamalia. Mereka diklasifikasikan berdasarkan ciri morfologi, fisiologi dan anatominya sehingga dapat dikelompokkan dari tingkatan klasifikasi paling rendah sampai klasifikasi yang paling tinggi.
Menurut pengelompokkan lama berdasarkan pmilihan nama vertebrae (ruas tulang belakang), hewan dibagi atas : kelompok invertebrata (in = tidak + vertebrae = ruas tulang belakang) dan kelompok vertebrata (beruas tulang belakang)
Aves merupakan vertebrata yang memiliki ekskremitas superior dan ekskremitas inferior yang dilengkapi oleh bulu, sebagian spesies dari aves dapat terbang karena mempunyai sayap yang merupakan modifikasi anggota gerak superior. Dalam praktek kerja lapangan ini ciri- ciri morfologi aves yang perlu untuk kita amati adalah bulu, bentuk paruh, sayap, jari, cakar, kaki, dan ekor. Dengan mempelajari ciri-ciri morfologi setiap spesies maka kita dapat menentukan tingkat kekerabatannya.
Aves adalah hewan yang paling banyak dikenal orang, karena dapat dilihat dimana-mana , aktif dalam siang hari dan unik dalam hal memiliki bulu sebagai penutup tubuh. Dengan bulu ini tubuh dapat mengatur suhu dan terbang. Dengan kemampuan terbang itu Aves mendiami semua habitat. Warna dan suara beberapa Aves merupakan daya tarik mata dan telinga manusia.
Mamalia merupakan kelompok tertinggi derajatnya dalam dunia hewan. Termasuk didalam kelas ini adalah : tikus, kelelawar, kera, kucing, ikan paus, kuda, kijan, manusia, dan lain-lain. Hampir semua tubuhnya tertutup dengan kulit yang berambut banyak atau sedikit dan berdarah panas (homoiotherm). Sebutan mamalia berdasarkan adanya kelenjar mamae pada hewan betina untuk menyusui. Mamalia merupakan hewan menyusui yang mempunyai glandula mammae, dan merupakan kelompok vertebrata yang memiliki cirri-ciri umum antara lain :
1) Kulit tertutup oleh rambut-rambut
2) Terdapat glandula sudorivera dan glandula sebacea.
3) Jari-jari pada kaki atau tangan biasanya 5 atau kurang bersifat plantigrade, diigitigrade, atau urguligrade (kecuali yang hidup di air).
4) Mempunyai glandula mammae.
5) Mempunyai daun telinga (kecuali monotremata).
6) Melahirkan anak kecuali monotremata.
Praktek kerja lapang kali ini dimaksudkan agar praktikan lebih mengenal jenis-jenis aves dan mamalia, tempat yang digunakan sebagai obyek adalah kebun binatang gembiraloka di Yogyakarta. Praktek ini dilaksanakan pada tanggal 28 nopember 2010 pukul 11:00 sampai selesai. Adapun yang diamati adalah hewan yang termasuk kedalam golongan mamalia dan aves. Di kebun binatang gembiraloka Yogyakarta terdapat berbagai spesies, baik hewan yang termasuk kelas pisces, amphibi, reptil, aves dan mamalia. Dari praktek kerja lapang kali ini praktikan dapat mengelompokkan jenis-jenis hewan yang tergolong aves dan mamalia. Dari pengelompokkan tersebut, kita dapat mengetahui perbedaan morfologi, habitat, pola mencari makan, jenis makanan,cara perkembang biakan, perilaku hewan.
Dalam praktikum kerja lapangan ini, kami mengamati beberapa jenis spesies diantaranya : Kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea), Mambruk (Goura victoria), Macau merah (Ara macau), Bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), dan Pelikan kaca mata (Pelecanus conspicillatus), dari Aves sedang dari mammalia Kuda nil (Hipopotamus amphibious), Banteng (Bos sondaicus), Tapir brazil (Tapirus terrastris), Babi hutan (Sus scrofa), Nilgae (Boselapus trogocamelus), Zebra (Equus zebra), Wau-wau Sumatra (Hylobatas agilis), Unta punuk satu (Camelus dromedaries), Lutung (Presbytis cristata), Beruang madu (Helarctos malayanus), Gajah asia (Elephast maximus), dan Rusa tutul (Axis axis) dimana semua spesies tersebut masuk dalam ordo dan family yang berbeda, tetapi ada beberapa diantaranya memiliki persamaan dalam ordo dan family sehingga mereka memiliki beberapa persamaan, berikut ini akan dibahas spesies tersebut dalam ordo dan familinya.
Berikut ini akan dibahas clasis Aves berdasarkan ordo yang dimilikinya serta ciri-ciri yang terdapat pada spesies tersebut :

A. Ordo Psittaciformes
Dalam ordo Psittaciformes memiliki 2 jenis spesies berdasarkan pengamatan kami, yaitu Cacatua sulphurea dan Ara macau . burung dalam ordo ini memiliki cirri-ciri sebagai berikut : bulu-bulu berwarna hijau,biru kuning , atau hijau, paruh pendek, sempit, tepinya tajam, ujungnya berkait, paruh bagian atas bersendi dengan tengkorak sehingga dapat bergerak, kaki bertipe zygodactil ( dua jari kedepan dua jari kebelakang), jari keluar tidak reversible. Ordo ini mencakup family Psittacidae. Burung ini memiliki paruh yang berkait, hal ini sesuai dengan fungsinya dalam mengambil makanan, makanan utama mereka adalah biji-bijian sehingga morfologi paruhnya disesuaikan dengan makanan utamanya. Memiliki jari 2 di depan dan 2 di belakang hal ini sesuai dengan tipe kaki untuk bertengger sehingga dapat menggenggam erat ranting pohon yang ditumpanginya.
B. Ordo Pelecaniformes
Dalam ordo ini contoh spesies yang mewakili adalah pelikan kaca mata (Plecanus conspicilatus), mencakup burung-burung air dengan ciri-ciri sebagai berikut : lubang hidung sangat mereduksi atau tidak ada sama sekali, mempunyai kantung leher, kaki berjari 4 dan berselaput, paruh panjang dapat membuka lebar untuk menangkap dan menelan ikan, hidup berkoloni. Ordo ini mencakup 6 famili, beberapa diantaranya ialah Plecanidae, Anhiningdae, dan Phalocrocoracidae. Sementara itu burung pelican termasuk dalam ordo plecanidae. Pelikan memiliki paruh yang panjang, lurus, dan berkantong hal ini disesuaikan dengan makanan utamanya yaitu ikan yang berukuran kecil atau sedang sehingga paruh burung ini berkantung lebar agar mangsanya cukup untuk masuk ke dalam paruh. Memiliki jari 3 di depan berselaput hal ini digunakan untuk adaptasi dilingkungan berair, serta di belakang rata untuk memudahkan berjalan. Hal ini sesuai dengan tipe kakinya yaitu perenang.
C. Ordo Columbiformes
Dalam ordo ini contoh spesies yang mewakili adalah Mambruk (Goura victoria), mencakup burung-burung sebangsa merpati dengan ciri-ciri sebagai berikut : paruh pendek dan langsing, tarsus biasanya lebih pendek daripada jari-jari, kulit tebal dan halus, tembolok besar dan menghasilkan cairan seperti susu (pigeon susu) untuk anaknya, pemakan biji-bijian dan buah-buahan (fragivor) sehingga memiliki bentuk paruh yang pendek runcing. Memiliki jari 3 di depan dan 1 di belakang posisi ini sesuai dengan fungsinya untuk bertengger.
D. Ordo Ciconiiformes
Dalam ordo ini contoh spesies yang mewakili adalah bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), mencakup burung-burung air dengan ciri-ciri sebagai berikut : leher dan tungkai panjang, paruh besar lurus atau berombak tajam, jari-jari tanpa selaput, bulu-bulu dekoratif, burung yang baru menetas tidak berbulu, makanannya ikan, atua hewan-hewan air yang lainya. Contoh family dalam ordo ini adalah Ardeidae dan Ciconiidae. Burung ini memiliki paruh yang panjang dan runcing hal ini sesuai dengan makanannya yaitu ikan air tawar, paruhnya yang lancip digunakan untuk mematuk ikan dalam air sehingga dapat tertangkap. Memiliki jari yang 3 di depan berselaput hal ini sesuai dengan fungsinya jika berada di air untuk menjaga keseimbangan, serta 1 di belakang rata berselaput pendek.
Selain clasis Aves, pada praktikum kerja lapangan di Gembiro Loka juga mengamati clasis Mamalia. Berikut ini akan dibahas clasis Mamalia berdasarkan ordo yang dimilikinya serta ciri-ciri yang terdapat pada spesies tersebut :
1. Ordo Artiodactyla
Ordo Artiodactyla merupakan golongan Mammalia bertelapak genap, kaki panjang yang beradaptasi untuk pergerakan yang cepat, jari kaki unguligrade, jari no 3 dan 4 selalu berkembang sama panjang, jari kaki pinggir telah tereduksi, mempunyai perut yang besar dan kompleks dengan 2 atau 4 ruangan, mempunyai sepasang tanduk. Tersebar luas kecuali di Australia dan Selandia Baru, namun sekarang mulai diintroduksikan. Ordo Artiodactyla terbagi menjadi beberapa Famili antara lain: Famili Cervidae contohnya Rusa Tutul (Axis axis), Banteng (Bos sondaicus), Babi Hutan (Sus scrofa),; Famili Camelidae contohnya Unta Punuk Satu (Camelus aromedarius); dan Famili Bovidae contohnya Tapir Brazil (Tapirus terrastris) dan Nilgae ( Boselaphus trogocamellus), family Hippotamidae contohnya Kuda nil (Hypopotamus amphibius).
2. Ordo Primata
Yang termasuk Ordo Primata ini adalah Wau Wau Sumatra (Hylobates agilis) dan Lutung (Presbytis cristata) . Ordo ini mempunyai ciri-ciri yaitu hampir semua jenis primata adalah omnivora dan aboreal dan hanya sedikit yang terrestrial dan insektivora. Anggota badannnya mudah digerakkan, berjalan dengan merapatkan seluruh telapak kakinya. Jari-jari tangan dan kaki berjumlah 5 buah dan diakhiri dengan kuku dan ibu jarinya dapat digerakkan ke belakang. Otak dan mata berkembang baik, penyebaran ordo ini terutama di daerah tropis. Wau Wau Sumatra (Hylobates agilis) termasuk dalam Famili Hylobatidae karena merupakan jenis kera tak berekor, lengannya panjang khusus untuk gerak mengayun, rambutnya sangat halus, penyebaran di Asia Tenggara. Lutung (Presbytis cristata) termasuk dalam familia Cercophithecidae karena tubuh tertutup mantel rambut berwarna hitam, di bagian muka , bawah leher dan belakang paha berwarna abu- abu, anggota tubuh dan ekor yang panjang menunjukkan satwa ini sangat lihai bila bergerak di atas pohon, cara pengambilan makanannya dengan cara dipetik.
3. Ordo Carnivora
Beruang Madu (Helarctos malayanus) termasuk dalam Ordo Carnivora. Ordo ini mempunyai ciri-ciri merupakan hewan pemakan daging yang hidup terrestrial, kakinya berjari 5, kadang-kadang 4 dan bercakar. Taringnya kuat dan tajam, gerahamnya runcing, hewan ini beradaptasi radial, di seluruh dunia kecuali pulau-pulau tertentu yang terletak di tengah samudera. Termasuk dalam Famili Ursidae yang mempunyai ciri-ciri pendek, kebanyakan dapat memanjat pohon.
4. Ordo Proboscidae
Ordo ini memiliki 3 gigi seri bagian atas yang tunggal, jika tumbuh terus disebut gading yang berfungsi untuk senjata dan menggali akar serta umbi-umbian. Di setiap belahan rahang memiliki 2 geraham yang besar dengan puncak berlipat-lipat. Belalai (proboscis) merupakan perkembangan dari hidung dan bibir sebelah atas. Kaki berbentuk seperti pilar, herbivore, hidup berkelompok (10-100), berat badan sekitar 300-350 kg dan hidup mencapai 50 tahun. Dari ordo ini hanya diwakili oleh satu Famili yaitu Famili Elephantidae, contohnya Gajah Asia (Elephast maximus).
5. Ordo Perissodactyla
Nama ordo ini berasal dari kata Perisso/ganjil; dactylus/jari; sehingga hewan ini memiliki telapak dengan jari-jari berjumlah ganjil. Berjalan dengan ujung jari (unguligrade), bersifat herbivore, tidak memiliki kantung empedu, kepala umunya bertanduk, kulit berambut jarang dan tebal, penyebarannnya terdapat di Amerika Selatan dan Tengah, Afrika dan Asia Selatan. Yang termasuk dalam ordo ini adalah Zebra (Equus zebra), dan Tapir Brazil (Tapirus terrastris).


























BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Sistematika merupakan salah satu cabang Biologi yang membahas tentang Klasifikasi atau penggolongan makhluk-makhluk hidup.
2. Taksonomi (Yunani: takson = jenjang+nomor = hukum, atau aturan) yang dalam arti umum sering juga dipakai sebagai pengganti istilah Sistematik.
3. Hewan vertebrata merupakan kelompok hewan yang memiliki tulang belakang (vertebrae).
4. Pengamatan yang kami lakukan dikebun binatang gembiraloka Yogyakarta bertujuan untuk mempelajari bagian-bagian luar tubuh aves yang penting untuk diidentifikasi dan mengenal ciri-ciri mamalia yang penting untuk diidentifikasi.
5. Dalam mengidentifikasi klasis aves dan mamalia dapat dilkukan dengan mempelajari morfologinya.
6. Pada pengamatan aves yang diidentifikasi meliputi bulu, paruh, sayap, jari, cakar, kaki, dan ekor.
7. Pada pengamatan mamalia yang diidentifikasi adalah pola warne bagian dorsal dan ventral, ukuran tubuhnya, dan letak glandula mamae.
8. Spesies aves yang kita temukan dikebun binatang gembiraloka Yogyakarta antara lain :
a) Kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea)
b) Mambruk (Goura victoria)
c) Macau merah (Ara macau)
d) Bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus)
e) Pelikan kaca mata (Pelecanus conspicillatus)


9. Spesies mamalia yang kita temukan dikebun binatang Gembira Loka Yogyakarta antara lain:
a) Banteng (Bos sondaicus),
b) Tapir brazil (Tapirus terrastris)
c) Babi hutan (Sus scrofa)
d) Nilgae (Boselapus trogocamelus)
e) Zebra (Equus zebra)
f) Wau-wau sumatra (Hylobatas agilis)
g) Unta punuk satu (Camelus dromedaries)
h) Lutung (Presbytis cristata)
i) Beruang madu (Helarctos malayanus)
j) Gajah asia (Elephast maximus)
k) Rusa tutul (Axis axis)

B. SARAN
Pada saat pengamatan spesies di Gembiro Loka sebaiknya praktikan diberi waktu yang cukup untuk mengamati secara detail cirri-ciri morfologis dari spesies tersebut, kerna waktu yang diberikan kurang sehingga pengamatan kurang maksimal.








DAFTAR PUSTAKA
Ali, Iqbal. 2008. Aves, Bulu Burung . http://Iqbalali.com.2010/04/06/Aves-Bulu-Burung.html. Diakses tanggal : 07 Desember 2010.
Andrean. 2010. Keanekaragaman Mammalia Di Indonesia. http://aadrean.wordpress.com/2010/06/10/keanekaragaman-mammalia-di-indonesia/. Diakses tanggal : 07 Desember 2010.
Anonim. 2010. Mamalia. http://www.gudangmateri.com/2010/03/mamalia.html. Diakses tanggal : 07 Desember 2010
Campbell. 2003 . Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Jumani, Muhammad. 2009 .Zoologi Vertebrata. http://mjumani.blogspot.com/2010/05/23/Zoologi-Vertebrata.html. Diakses tanggal : 07 Desember 2010
Kant, G. C., R. K. Carr.2001. Comparative of the Anatomy Vertebrates Ninth Edition. New York: Mc Graw Hill Companies Inc.
Kardong, K.V. 2002. Vertebrates Comparative Anatomy, Function, Evolution. North America: McGraw Hill.
Lytle,Charles,John R. Meyer. 2005.General Zoology Laboratory 14th edition. New York: Mc Graw Hill Higher Education.
Maryati, Sri. 2000. Penuntun Biologi SMA. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Pratiwi. D. A. 2004. Buku Penuntun Biologi Untuk SMA kelas IX. Jakarta : Penerbit Erlangga
Sofa. 2008. Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Jakarta : UII press.